Mohon tunggu...
Agung Parningotan
Agung Parningotan Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110020 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2 - Pemeriksaan Pajak - Diskursus Dialektika Model Hegelian, dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

30 November 2024   21:12 Diperbarui: 30 November 2024   21:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Dialektika Hanacaraka dalam Audit Perpajakan

Dialektika Hanacaraka adalah pendekatan filosofis yang berakar pada budaya dan tradisi Jawa, mengedepankan prinsip harmoni, keseimbangan, dan keberlanjutan dalam memecahkan konflik atau menemukan solusi. Filosofi ini dikenal luas sebagai representasi nilai-nilai luhur masyarakat Jawa yang menekankan pentingnya keselarasan antara berbagai elemen dalam kehidupan, termasuk dalam situasi yang melibatkan konflik.

Dalam konteks audit perpajakan, Dialektika Hanacaraka menawarkan pendekatan unik untuk memahami hubungan antara otoritas pajak dan wajib pajak. Alih-alih melihat konflik semata sebagai sesuatu yang harus diatasi dengan cara konfrontatif, pendekatan ini menekankan pada pencapaian harmoni melalui proses dialogis yang mencerminkan nilai musyawarah dan mufakat. Filosofi Hanacaraka tidak hanya relevan sebagai bagian dari warisan budaya lokal, tetapi juga sebagai metode yang aplikatif dalam sistem administrasi perpajakan Indonesia yang beragam.

Dok. Prof. Apollo
Dok. Prof. Apollo

What: Konsep Dialektika Hanacaraka

Konsep Dialektika Hanacaraka diilhami dari aksara Jawa, yang terdiri dari rangkaian huruf Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Dalam tradisi Jawa, setiap pasangan huruf dalam aksara ini memiliki makna filosofis yang mendalam, merepresentasikan nilai-nilai kesatuan, dualitas, dan harmoni. Berikut adalah makna dari tiap elemen Hanacaraka dan relevansinya dalam audit perpajakan:

  1. Ha-Na (Hubungan Sebab-Akibat):
    Pasangan Ha-Na melambangkan adanya hubungan sebab dan akibat dalam setiap tindakan atau kebijakan. Dalam audit perpajakan, Ha-Na dapat diartikan sebagai hubungan antara kebijakan pajak yang diterapkan oleh otoritas dan dampaknya terhadap kepatuhan wajib pajak. Sebagai contoh, perubahan kebijakan perpajakan, seperti implementasi tarif pajak baru, dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam melaporkan penghasilan mereka. Auditor perlu memahami hubungan ini untuk mengevaluasi apakah kebijakan tersebut efektif atau justru menimbulkan masalah baru.
  2. Ca-Ra (Keberlanjutan dan Kesinambungan):
    Pasangan Ca-Ra melambangkan proses yang berkesinambungan dan berlanjut dari waktu ke waktu. Dalam audit perpajakan, prinsip ini dapat diterapkan untuk memastikan bahwa proses audit tidak hanya berfokus pada satu periode pajak, tetapi juga mencakup analisis jangka panjang, termasuk tren kepatuhan wajib pajak dan efektivitas sistem perpajakan secara keseluruhan.
  3. Ka (Hasil atau Sintesis):
    Huruf Ka melambangkan hasil akhir atau kesimpulan dari proses dialektika. Dalam konteks ini, Ka merepresentasikan penyelesaian yang dihasilkan dari analisis mendalam terhadap hubungan sebab-akibat (Ha-Na) dan kesinambungan proses (Ca-Ra). Hasil ini harus mencerminkan solusi yang tidak hanya mengatasi konflik yang ada tetapi juga menciptakan harmoni antara kepentingan wajib pajak dan otoritas pajak.

Dengan demikian, Dialektika Hanacaraka memberikan kerangka berpikir yang unik untuk mendekati konflik perpajakan, memandu auditor untuk menganalisis situasi secara menyeluruh dengan mempertimbangkan hubungan, keberlanjutan, dan hasil akhir.

Dok. Prof. Apollo
Dok. Prof. Apollo

Why: Pentingnya Dialektika Hanacaraka

Pendekatan Dialektika Hanacaraka memiliki relevansi yang mendalam dalam konteks audit perpajakan di Indonesia, yang ditandai dengan keberagaman budaya dan nilai lokal. Beberapa alasan penting mengapa pendekatan ini relevan adalah sebagai berikut:

  1. Menonjolkan Nilai-Nilai Lokal:
    Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya yang sangat luas, termasuk tradisi berpikir filosofis seperti Hanacaraka. Pendekatan ini memberikan kerangka kerja yang sesuai dengan karakteristik budaya Indonesia, sehingga memudahkan komunikasi dan pemahaman antara auditor, otoritas pajak, dan wajib pajak.
  2. Pendekatan Musyawarah dan Mufakat:
    Sebagai bagian dari nilai budaya Jawa, Hanacaraka mengedepankan prinsip musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan konflik. Hal ini sangat relevan dalam audit perpajakan, di mana dialog antara wajib pajak dan otoritas sering kali menjadi kunci untuk menemukan solusi yang dapat diterima bersama.
  3. Mengurangi Ketegangan:
    Dalam audit perpajakan, sering kali muncul ketegangan antara wajib pajak dan otoritas pajak karena perbedaan interpretasi atau kepentingan. Pendekatan Hanacaraka mendorong terciptanya hubungan yang lebih harmonis melalui pemahaman yang mendalam terhadap konflik.
  4. Meningkatkan Kepercayaan:
    Dengan menekankan pada harmoni dan keseimbangan, Dialektika Hanacaraka dapat membantu meningkatkan kepercayaan antara wajib pajak dan otoritas pajak. Hal ini penting untuk membangun kepatuhan sukarela yang lebih tinggi di masa depan.

Dok. Prof. Apollo
Dok. Prof. Apollo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun