Sintesis: Pa Dha Ja Ya Nya (Sama-sama Kuat)
Pada tahap sintesis, auditor dan perusahaan berusaha mencapai kesepakatan atau titik temu. Dialog yang dilakukan selama proses audit bertujuan untuk menyatukan pandangan yang berbeda dan mencari solusi yang adil. Auditor mungkin meminta bukti tambahan atau penjelasan lebih lanjut dari perusahaan terkait data yang diajukan. Proses ini memerlukan keterbukaan dari kedua belah pihak dan menghasilkan kesimpulan yang didasarkan pada pemahaman bersama terhadap kondisi yang dihadapi.
Kesimpulan: Ma Ga Ba Tha Nga (Mati Bersama)
Pada tahap akhir, kesimpulan dari audit disusun berdasarkan hasil dialog dan pemeriksaan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini bisa berupa sanksi jika ditemukan pelanggaran serius, atau bisa juga berisi rekomendasi perbaikan bagi perusahaan. Tahap ini, seperti dalam dialektika Hanacaraka, menandakan akhir dari satu siklus audit dan bisa menjadi awal dari siklus baru jika diperlukan perbaikan atau tindak lanjut.
5. Mengakomodasi Fleksibilitas dalam Penafsiran Aturan Perpajakan
Salah satu alasan utama mengapa dialektika Hanacaraka sangat relevan dalam audit pajak adalah kemampuannya untuk mengakomodasi fleksibilitas dalam penafsiran. Dalam dunia perpajakan, aturan sering kali bersifat teknis dan kompleks. Tidak jarang terjadi perbedaan interpretasi antara perusahaan dan auditor mengenai bagaimana aturan perpajakan seharusnya diterapkan. Dalam pendekatan dialektis, auditor tidak serta-merta menetapkan aturan secara kaku, tetapi mencoba memahami interpretasi subjektif dari perusahaan terhadap aturan tersebut.
Misalnya, sebuah perusahaan mungkin memiliki cara yang berbeda dalam menghitung pajak penghasilan berdasarkan kondisi spesifik industri mereka. Auditor, melalui pendekatan dialektika, dapat membuka ruang untuk dialog dan diskusi terkait penafsiran aturan ini, sehingga keputusan yang diambil mencerminkan keadilan bagi kedua belah pihak. Hal ini juga menunjukkan bagaimana dialektika Hanacaraka bisa membawa hasil yang lebih bijaksana dan adil dalam proses audit pajak, di mana tidak hanya satu perspektif yang mendominasi, tetapi hasil akhirnya mencerminkan keselarasan dari berbagai sudut pandang.
Bagaimana Menerapkan Dialektika Hanacaraka dalam Audit Pajak?
Penerapan dialektika Hanacaraka dalam audit pajak menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan berfokus pada pemahaman mendalam terhadap setiap tahapan proses audit. Filosofi ini memungkinkan auditor untuk tidak hanya terfokus pada aspek teknis semata, tetapi juga menggali konteks di balik data yang diaudit, termasuk memahami kondisi unik dari entitas yang diaudit. Dengan memahami dialektika Hanacaraka sebagai siklus yang terus berulang melalui tahap tesis, antitesis, dan sintesis, auditor dapat mengembangkan proses yang tidak hanya bersifat transaksional, tetapi juga interpretatif dan dialogis. Proses audit, dengan pendekatan ini, menjadi sebuah perjalanan hermeneutis yang bertujuan untuk menemukan kebenaran melalui penggalian data, interpretasi aturan, serta dialog antara auditor dan entitas.
Secara rinci, penerapan dialektika Hanacaraka dalam audit pajak dapat dipecah menjadi beberapa tahapan kunci:
1. Identifikasi Data Awal: Tesis ("Ha Na Ca Ra Ka")