Mohon tunggu...
Agung Parningotan
Agung Parningotan Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110020 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 1 - Pemeriksaan Pajak - Dialektika Hermeneutis Hanacaraka untuk Prosedur Audit Pajak

21 Oktober 2024   21:55 Diperbarui: 21 Oktober 2024   22:30 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul TB1_Dialektika Hermeneutis Hanacaraka untuk Prosedur Audit Pajak, dok. Prof Apollo

Dialektika Hermeneutis Hanacaraka dalam Prosedur Audit Pajak

Dialektika Hanacaraka adalah sebuah konsep yang berkembang dari kekayaan intelektual dan filsafat Jawa, yang tidak hanya berakar pada tradisi budaya, tetapi juga mencerminkan cara berpikir mendalam tentang kehidupan dan makna eksistensial manusia. Hanacaraka, sebagai aksara atau sistem tulisan Jawa, tidak hanya sekadar serangkaian huruf yang digunakan untuk komunikasi. Lebih dari itu, setiap aksara dalam Hanacaraka memuat simbolisme filosofis yang kompleks. Hal ini mencakup pemikiran tentang hubungan antar-entitas, baik manusia dengan manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan Tuhan. Dalam bahasa Jawa, aksara ini diyakini menyimpan ajaran moral, nilai-nilai spiritual, serta pandangan tentang siklus kehidupan---dari awal penciptaan hingga akhir kehidupan. Dengan demikian, Hanacaraka tidak hanya berbicara tentang huruf atau kata-kata, tetapi juga sebuah mekanisme untuk memahami dunia dan kehidupan secara menyeluruh, baik dalam aspek lahiriah maupun batiniah.

Ketika dialektika Hanacaraka dihubungkan dengan prosedur audit pajak, muncul sebuah pendekatan yang lebih reflektif dan filosofis terhadap praktik yang pada umumnya dianggap teknis dan administratif. Prosedur audit pajak, yang biasanya dipandang sebagai proses linear dalam memeriksa kepatuhan entitas terhadap aturan perpajakan, dengan dialektika Hanacaraka, dapat dilihat sebagai suatu dialog yang lebih mendalam antara auditor, perusahaan, dan aturan perpajakan. Dialektika ini memandang audit sebagai sebuah siklus terus-menerus yang melibatkan tesis, antitesis, dan sintesis---sebuah proses hermeneutis yang mengandung interpretasi, pertentangan, dan penyelarasan. Pada akhirnya, pendekatan ini berupaya mencapai pemahaman yang lebih mendalam mengenai situasi entitas yang diaudit, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan sistem perpajakan.

Konsep dialektika ini kemudian memungkinkan auditor dan entitas yang diaudit untuk tidak hanya saling bertukar data, tetapi juga untuk saling memahami konteks, perspektif, dan tantangan masing-masing. Prosedur audit tidak lagi dilihat sebagai upaya semata-mata untuk menemukan kesalahan, tetapi sebagai proses dialektis untuk menemukan kebenaran yang lebih tinggi. Auditor tidak hanya menjadi pemeriksa, tetapi juga menjadi fasilitator dialog, di mana entitas yang diaudit diajak untuk memahami posisi mereka dalam konteks aturan perpajakan yang berlaku. Ini sejalan dengan prinsip dasar hermeneutika, yang menekankan pentingnya dialog dan interpretasi dalam mencapai pemahaman bersama.

Dalam dunia audit pajak, yang sering kali bersifat teknis dan administratif, pendekatan seperti ini memberikan nuansa baru yang lebih filosofis. Biasanya, audit pajak difokuskan pada pemenuhan persyaratan hukum dan regulasi, serta pencarian atas ketidaksesuaian atau kesalahan dalam laporan keuangan. Namun, dengan menggunakan dialektika Hanacaraka, prosedur ini dapat dipandang sebagai proses yang lebih mendalam, di mana auditor dan entitas yang diaudit berperan aktif dalam mencapai pemahaman yang komprehensif terhadap situasi dan dinamika perpajakan yang dihadapi. Setiap fase dalam audit menjadi bagian dari siklus dialektis, yang terus berputar hingga ditemukan kebenaran yang mencerminkan keseimbangan antara aturan perpajakan, kondisi entitas, dan interpretasi auditor.

Apa itu Dialektika Hermeneutis Hanacaraka dalam Prosedur Audit Pajak?

Dialektika Hanacaraka adalah konsep yang berasal dari struktur aksara Jawa, di mana setiap huruf dan rangkaian aksara memiliki makna yang dalam dan simbolik. Aksara Hanacaraka tidak sekadar menyusun kata-kata, tetapi juga merupakan manifestasi dari siklus kehidupan yang menggambarkan berbagai tahapan interaksi manusia dan entitas lainnya, baik dalam tataran sosial, moral, maupun spiritual. Dalam konteks ini, dialektika Hanacaraka menjadi lebih dari sekadar bentuk komunikasi tertulis; ia mengandung dualitas dan dialektika, yaitu proses tesis, antitesis, dan sintesis yang berkelanjutan, serta menggambarkan dinamika hubungan antar entitas, konflik, dan upaya penyatuan yang sering kali terjadi dalam kehidupan.

Dalam konteks prosedur audit pajak, dialektika ini diterapkan untuk memaknai hubungan dan interaksi antara entitas yang diaudit (biasanya perusahaan), auditor, serta aturan-aturan perpajakan yang berlaku. Proses audit pajak, seperti halnya dialektika Hanacaraka, bukanlah proses linear yang bersifat satu arah, melainkan sebuah siklus yang berulang dan terus-menerus melibatkan interpretasi, pertentangan, dan penyelesaian. Dalam proses ini, setiap tahapan audit mencerminkan fase-fase dari dialektika Hanacaraka, yang terdiri dari empat rangkaian utama: "Ha Na Ca Ra Ka", "Da Ta Sa Wa La", "Pa Dha Ja Ya Nya", dan "Ma Ga Ba Tha Nga". Setiap rangkaian memiliki makna filosofis yang menggambarkan perjalanan dialektis dan hermeneutis dalam menjalani proses audit.

"Ha Na Ca Ra Ka" -- Tesis (Tahap Pengumpulan Data)

Tahap awal dari audit pajak, yang diwakili oleh rangkaian "Ha Na Ca Ra Ka", menggambarkan keberadaan data atau entitas yang sedang diperiksa. Secara simbolis, "Ha Na Ca Ra Ka" merujuk pada adanya entitas yang hadir dan memiliki sesuatu yang ingin diungkapkan. Dalam konteks audit pajak, entitas ini adalah perusahaan atau pihak yang sedang diaudit, dan yang dihadirkan adalah data atau informasi terkait pajak, laporan keuangan, catatan transaksi, serta berbagai dokumen pendukung lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun