Bandingkan dengan Tokyo. Pada jam sibuk, rata-rata headway untuk kereta di Tokyo berkisar 2–5 menit, bahkan beberapa jalur memiliki headway hanya 2 menit! Kecepatan ini didukung oleh sistem manajemen lalu lintas yang sangat terorganisir dan teknologi sinyal otomatis yang canggih.
Jadi, bagaimana Indonesia bisa mencapai ketepatan waktu yang lebih baik? Inilah lima langkah transformasi yang dapat membawa sistem perkeretaapian Indonesia ke level berikutnya.
1. Perbaikan Infrastruktur: Fondasi Keandalan Sistem
Ketepatan waktu sangat bergantung pada infrastruktur yang kuat dan andal. Rel yang usang atau sistem persinyalan yang ketinggalan zaman sering kali menjadi penyebab utama keterlambatan.
Solusinya:
* Modernisasi rel dan bantalan untuk mengurangi risiko gangguan teknis.
* Pengembangan jalur ganda di lintasan padat untuk mengurangi kemacetan antar kereta.
* Penerapan teknologi persinyalan canggih untuk memastikan kelancaran operasional.
Contoh sukses bisa kita lihat di Jepang. Mereka menggunakan sistem Automatic Train Control (ATC) yang memungkinkan kereta beroperasi dengan presisi tanpa risiko keterlambatan akibat kesalahan manusia.
2. Optimalisasi Operasional: Menyelaraskan Jadwal dengan Kenyataan
Salah satu tantangan terbesar adalah jadwal yang tidak realistis. Banyak penumpang mengeluhkan waktu kedatangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi.
Solusi ini diharapkan bisa membantu mengatasinya:
* Memanfaatkan data historis dan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi potensi keterlambatan.
* Penyesuaian jadwal berdasarkan kondisi real-time di lintasan kereta.
* Penambahan frekuensi perjalanan pada jam sibuk untuk menghindari penumpukan penumpang.
Misalnya, di Jepang, sistem "dynamic scheduling" memungkinkan perubahan jadwal secara otomatis berdasarkan kondisi lalu lintas di jalur rel.
3. Pemanfaatan Teknologi: Menuju Digitalisasi Total