* Penerapan kerangka kerja Enterprise Risk Management (ERM) berbasis ISO 31000. Startup harus memiliki sistem manajemen risiko yang lebih kuat, termasuk dalam aspek keuangan, kepatuhan, dan tata kelola.
* Penguatan mekanisme audit internal dan eksternal. Startup yang mendapatkan investasi besar harus diwajibkan untuk menjalani audit forensik secara berkala.
* Regulasi transparansi yang lebih ketat dari OJK. OJK perlu memperkenalkan standar transparansi baru dalam pelaporan keuangan startup.
* Mekanisme perlindungan investor yang lebih baik. Investor perlu memiliki akses lebih luas terhadap informasi keuangan dan operasional perusahaan sebelum berinvestasi.
Kesimpulan
Kasus eFishery menjadi peringatan keras bagi industri startup Indonesia bahwa tata kelola yang lemah dan manajemen risiko yang buruk dapat menghancurkan ekosistem investasi. Dengan dugaan fraud yang melibatkan dana lebih dari Rp3,2 triliun, skandal ini berpotensi menjadi salah satu kasus keuangan terbesar dalam sejarah startup Indonesia.
Sebagai pemerhati Risk Management dan Auditor Profesional, kasus ini menyoroti pentingnya transparansi, pengendalian risiko, serta kepatuhan terhadap regulasi dalam menjaga kepercayaan investor dan keberlanjutan ekosistem bisnis berbasis teknologi.
Indonesia perlu belajar dari kasus ini agar startup tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan semata, tetapi juga membangun fondasi bisnis yang sehat, berkelanjutan, dan terpercaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI