"Ketetapan Allah bukan sekadar takdir, melainkan cerminan kasih sayang dan keadilan-Nya. Percayalah, Dia selalu memberi yang terbaik untukmu."
Ketika hidup membawa kita ke persimpangan takdir yang tidak sesuai dengan harapan, hati manusia sering kali bertanya, "Mengapa ini terjadi?" Namun, dalam renungan yang lebih dalam, kita menemukan jawabannya pada keyakinan fundamental: Allah mengetahui mana yang baik untukmu. Pernyataan ini bukan sekadar ungkapan, tetapi merupakan landasan keimanan yang menyentuh inti dari hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya.
Hikmah di Balik Ketetapan Ilahi
Allah Ta'ala berfirman:
"Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki dan membatasinya kepada orang yang dikehendaki-Nya. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Al-Isra', 17: 30)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa rezeki, yang sering menjadi ukuran kebahagiaan duniawi, sepenuhnya berada dalam kendali Allah. Pelapangan maupun penyempitan rezeki terjadi bukan tanpa alasan. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Dalam takdir-Nya, terkandung hikmah, keadilan, dan kasih sayang yang mungkin tidak selalu kita pahami dalam waktu dekat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga menjelaskan tentang dua hal yang sering kali tidak disukai manusia:
"Dua hal yang tidak disukai oleh manusia; Pertama kematian, padahal kematian itu baik bagi seorang mukmin tatkala fitnah melanda. Kedua, dia membenci sedikit harta, padahal sedikit harta akan menyebabkan manusia mudah dihisab pada hari kiamat."
(HR. Ahmad)
Hadis ini mengajarkan bahwa pandangan manusia sering kali terbatas pada kenikmatan duniawi, sementara Allah menyiapkan kebaikan yang jauh lebih besar di balik apa yang terlihat tidak menyenangkan.
Ketetapan yang Penuh Kasih Sayang
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan:
"Takdir yang Allah tetapkan bagi hamba-Nya tak pernah keluar sedikitpun dari keadilan, mashlahat, hikmah, dan kasih sayang dari-Nya."
Pernyataan ini memberikan penguatan bahwa apa pun yang Allah takdirkan, itu adalah bentuk cinta dan perhatian-Nya kepada hamba-Nya. Bahkan dalam keterbatasan yang kita alami, seperti sedikitnya rezeki atau cobaan berat, ada hikmah yang mendewasakan jiwa dan menguatkan keimanan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menambahkan,
"Orang yang bertakwa tidak akan terhalangi dari rezeki yang dia butuhkan. Namun hanyalah dia akan dijaga dari harta dunia yang berlebihan sebagai bentuk kasih sayang dan kebaikan Allah terhadapnya. Karena diluaskannya rezeki terkadang bisa membahayakan agama pemiliknya."