Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari Secangkir Kopi, Begitulah Dunia Disikapi

15 Januari 2025   08:29 Diperbarui: 15 Januari 2025   08:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup, seperti kopi, pahitnya menguatkan, manisnya mensyukuri.|Image: Ilustrator AFM

"Dari pahitnya kopi, kita belajar bahwa hidup tak selalu manis, tapi selalu ada keindahan di balik setiap rasa, jika kita mampu menikmatinya."

Hidup sering kali menghadirkan beragam rasa, seperti secangkir kopi. Ada pahit, manis, dan aroma yang menggugah selera. Namun, di balik setiap tegukan, ada pelajaran mendalam yang dapat membuka mata hati kita tentang bagaimana dunia harus disikapi. Seperti kopi, hidup adalah campuran antara kesabaran, kesyukuran, dan ikhtiar yang tidak terputus.

Hitam Tidak Selalu Buruk

Secangkir kopi mengingatkan kita bahwa hitam bukanlah lambang keburukan atau kotoran. Begitu pula dengan hidup, jangan pernah menilai seseorang atau situasi hanya dari luarnya. Dalam Islam, kita diajarkan untuk melihat sesuatu dengan adil dan mendalam, karena keindahan sering kali tersembunyi di balik rupa yang sederhana. Nabi Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian." (HR. Muslim).

Pahit Tidak Selalu Menyakitkan

Pahitnya kopi mengajarkan bahwa kepahitan dalam hidup tidak selalu berarti penderitaan. Justru, di situlah kita belajar arti kesabaran dan ketangguhan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Sungguh, beserta kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah, 94: 6). Kepahitan hidup sering kali menjadi pengingat agar kita terus bersandar kepada-Nya, menumbuhkan rasa syukur atas segala nikmat kecil yang sering terabaikan.

Panasnya Mengajarkan Kesabaran

Kopi panas memberi pelajaran penting: nikmati hidup ini perlahan-lahan, jangan tergesa-gesa. "Dari Sahl bin Sa'ad ra berkata, Rasulullah saw bersabda: Tergesa-gesa itu dari setan". (HR. Tirmidzi). Tergesa-gesa hanya akan membawa luka dan penyesalan. Dalam setiap langkah, berikan waktu untuk merenung, memohon petunjuk, dan bersikap hati-hati agar setiap keputusan membawa kebaikan.

Tinggalkan Ampasnya, Karena Dunia Tidak Kekal

Setelah secangkir kopi dinikmati, selalu ada ampas yang tertinggal. Begitulah dunia, seindah dan semanis apa pun kenikmatannya, pasti akan meninggalkan sisa yang tidak berharga. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam  mengingatkan kita, "Jadilah di dunia seperti orang asing atau musafir." (HR. Bukhari). Dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Jangan terjebak pada kenikmatannya yang fana, melainkan fokuslah pada bekal untuk kehidupan akhirat.

Hidup adalah Pilihan dan Ikhtiar

Ada pepatah yang mengatakan, bahwa "Hidup itu seperti secangkir kopi. Semuanya tergantung bagaimana Anda membuatnya, atau meminumnya". Bila disederhanaan, bisa jadi hidup ini ibarat secangkir kopi, tergantung bagaimana kita meraciknya. Allah telah memberikan kita akal, kemampuan, dan kehendak untuk memilih jalan yang benar. Namun, hasil akhirnya tetap berada di tangan-Nya. Oleh karena itu, maksimalkan ikhtiar, iringi dengan doa, dan pasrahkan segalanya kepada Allah dengan penuh tawakal.

Mengalirkan Kebijaksanaan Kopi dalam Hidup

Dari kopi, kita belajar bahwa:

1. Kesederhanaan adalah inti dari kebahagiaan.
2. Kepahitan adalah guru terbaik yang mengajarkan arti kesyukuran.
3. Kesabaran membawa kenikmatan yang lebih hakiki.
4. Dunia ini fana, jangan terikat pada ampas yang tak bernilai.

Sebagaimana secangkir kopi yang diracik dengan cinta, hidup pun harus dihidupi dengan iman, kesabaran, dan syukur. Jadikan setiap tegukan sebagai pengingat bahwa dunia ini adalah tempat belajar. Sekaligus juga sebagai tempat untuk memperbaiki diri, dan tempat menabur amal kebaikan.

Penutup: Tafakur dari Secangkir Kopi

Hidup adalah anugerah dari Allah yang penuh warna dan rasa. Seperti secangkir kopi, ada pahit dan manis yang mengajarkan kita untuk selalu bersabar, rida, dan bersyukur. Setiap kejadian dalam hidup ini adalah kesempatan untuk belajar, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Maka, jadilah insan yang pandai meracik hidup dengan iman, akhlak mulia, dan semangat ikhtiar, sebagaimana kita menikmati secangkir kopi yang menenangkan hati.

Wallhu a'lam bish-shawb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun