Mengapa Kita Menolak Nasihat?
1. Ego yang tinggi. Seseorang yang mendewakan dirinya sulit menerima bahwa ia bisa salah. Ego membuat kita merasa lebih tahu segalanya, sehingga setiap koreksi dianggap sebagai serangan terhadap harga diri.
2. Cinta dunia yang mendalam. Malik bin Dinar rahimahullah menjelaskan, "Sesungguhnya badan itu apabila dia sakit maka tidak akan enak makan, minum, tidur, serta istirahat. Demikian juga keadaan hati, apabila dia diikat dengan kecintaan terhadap dunia, maka berbagai nasehat pun tidak akan bermanfaat baginya."
Hati yang terikat oleh cinta dunia akan menolak setiap nasihat yang mengingatkan pada akhirat, karena dianggap mengganggu kenyamanan.
3. Ketidaktahuan akan nilai nasihat. Orang yang memahami nilai nasihat akan menganggapnya sebagai anugerah. Namun, zaman kini telah terbalik. Orang yang mengingatkan pada kebenaran malah dianggap musuh. Padahal, mereka adalah "konsultan gratis" yang memberi manfaat tanpa meminta bayaran.
Nasihat dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis
Allah telah mengingatkan kita dalam Surah Al-'Asr (1-3):
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran."
Ayat ini menegaskan bahwa nasihat adalah bagian tak terpisahkan dari keimanan dan amal saleh. Nabi Muhammad pun bersabda:
"Agama adalah nasihat." (HR. Muslim)
Dengan demikian, menolak nasihat berarti menolak salah satu inti dari agama itu sendiri.
Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap?
Syaikh Shalih al-Fauzan rahimahullah berkata, "Seseorang yang menginginkan kebenaran itu merasa senang dengan nasehat dan senang diingatkan atas kesalahannya." Sikap ini harus menjadi cerminan seorang mukmin sejati.
Berikut adalah langkah-langkah untuk menerima nasihat dengan hati terbuka:
1. Luruskan niat. Sadari bahwa nasihat adalah bentuk kasih sayang, bukan penghinaan.