Sebagai pembentuk ketahanan organisasi, pemimpin harus bisa memastikan bahwa ketahanan organisasi dalam menghadapi krisis merupakan hasil dari kepemimpinan yang tangguh.
3. Sense Maker – Menerjemahkan Kompleksitas
Kompleksitas sering kali menjadi hambatan dalam kolaborasi lintas sektor. Sense maker juga dapat diartikan sebagai peran pemimpin untuk memberikan makna di tengah ketidakpastian. Di tengah arus informasi yang berlimpah, pemimpin harus mampu menyederhanakan kompleksitas dan memberikan arah yang jelas. Juga mampu memberikan panduan yang mudah dipahami.
Contoh nyata adalah Jacinda Ardern, mantan Perdana Menteri Selandia Baru, yang dengan tenang dan transparan memimpin negaranya melewati tantangan pandemi.
4. Catalyst – Menginspirasi Perubahan Positif
Pemimpin katalis adalah mereka yang mampu mendorong inovasi dan perubahan yang diperlukan untuk merespons tantangan. Karenanya, seorang pemimpin harus mampu berperan sebagai pembelajar sepanjang hayat, dan terus belajar untuk mengikuti perkembangan zaman. Tak hanya itu, ia pun dituntut sebagai pionir inovasi teknologi. Artinya, pemimpin masa depan harus memahami tren teknologi dan mendorong inovasi digital.
Contoh praktik terbaik dari peran katalis ini, bisa kita lihat pada Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX. Ia adalah contoh pemimpin katalis yang mendorong revolusi industri otomotif dan eksplorasi luar angkasa. Jeff Bezos dengan transformasi e-commerce di Amazon.
5. Role Model – Menjadi Teladan yang Konsisten
Kepemimpinan dimulai dari keteladanan. Pemimpin yang konsisten dalam integritas dan tindakan akan membangun kepercayaan yang kuat. Indra Nooyi, mantan CEO PepsiCo, menunjukkan teladan melalui komitmennya pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
6. Connector – Menghubungkan Berbagai Pihak
Dalam jaringan kolaborasi, pemimpin berperan sebagai penghubung antara berbagai pihak dengan kepentingan berbeda. Terlebih untuk tuntutan ke depan, pemimpin masa depan harus menjadi penghubung yang efektif, mempertemukan berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Menghubungkan berbagai pemangku kepentingan. Artinya, ia juga harus berperan sebagai penggerak budaya kolaboratif, serta menciptakan lingkungan yang mendorong kolaborasi lintas tim dan sektor.