"Jangan biarkan celaan meruntuhkan semangatmu, dan jangan pula pujian melalaikan tujuanmu. Teruslah melangkah di jalan kebaikan, karena di balik setiap langkahmu, ada hikmah yang Allah titipkan."
Dalam perjalanan hidup, kita sering dihadapkan pada kenyataan yang tak selalu manis: kebaikan yang kita lakukan tak selalu berbuah pujian, dan niat tulus kita tak selalu disambut dengan apresiasi.
Sebaliknya, ada kalanya kebaikan justru disalahpahami, dicurigai, bahkan dicela. Namun, inilah realitas yang tak terelakkan dalam panggung kehidupan -- sebuah hukum alam yang telah ditetapkan Sang Pencipta, dikenal sebagai Sunatullah.
Bayangkan seorang yang berjuang dengan sepenuh hati untuk membantu sesama, namun tetap ada suara-suara sumbang yang meremehkan dan meragukannya. Di sinilah ujian terbesar hadir: akankah kita berhenti karena celaan, atau terus melangkah dengan hati yang teguh?
Mari kita telusuri lebih dalam tentang hakikat Sunatullah, memahami mengapa di balik setiap kebaikan selalu ada yang memuji dan ada yang mencela. Karena pada akhirnya, bukan tentang seberapa banyak orang yang menyukai kita, tetapi tentang seberapa teguh kita bertahan di jalan kebaikan.
Hakikat Sunatullah dalam Pandangan Islam
Allah SWT telah menetapkan hukum-hukum kehidupan yang abadi dan tidak berubah. Salah satunya adalah perbedaan pandangan, perasaan suka dan benci di antara manusia. Firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Allah jadikan manusia umat yang satu. Tetapi, mereka senantiasa berselisih pendapat." (QS. Hud, 11: 118)
Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan pendapat dan perasaan adalah bagian dari fitrah manusia. Sebesar apa pun usaha kita untuk berbuat baik, pasti ada orang yang menghargai, tetapi ada juga yang meremehkan atau bahkan membenci.
Psikologi Manusia: Dinamika Suka dan Benci
Manusia adalah makhluk yang memiliki emosi dan persepsi yang unik. Sikap seseorang terhadap kita sering kali dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman hidup, dan kepentingan pribadi mereka. Bahkan Rasulullah SAW, manusia terbaik yang pernah ada, tidak luput dari kebencian sebagian orang di zamannya.
Mengapa demikian? Karena setiap tindakan kebaikan memiliki potensi untuk menginspirasi sekaligus mengancam pihak-pihak tertentu yang merasa kepentingannya terganggu. Namun, kebaikan tidak memerlukan pengakuan dari semua orang. Ia cukup dilakukan dengan keikhlasan dan konsistensi.
Fokus pada Nilai-Nilai Kebaikan
Dalam menghadapi realitas ini, penting bagi kita untuk memfokuskan diri pada apa yang benar di mata Allah SWT, bukan pada penilaian manusia semata. Imam Syafi'i pernah berkata:
"Setiap orang pasti ada yang mencintai dan ada yang membenci. Kalau perkaranya demikian, maka hendaklah seseorang selalu bersama orang-orang yang taat kepada Allah."
Kutipan ini mengajarkan kita untuk tetap bersama orang-orang yang memiliki kesamaan nilai dan tujuan. Kritik dan kebencian tidak seharusnya melemahkan semangat kita untuk terus berbuat baik.
Pelajaran dari Sunnatullah Ini
1. Rendah hatilah dalam kebaikan. Jangan pernah merasa sombong dengan pujian, dan jangan terlalu terpukul oleh celaan. Kedua hal itu adalah ujian dari Allah SWT.
2. Sabar menghadapi kritik. Kritik, bahkan yang paling pedas sekalipun, bisa menjadi sarana introspeksi diri.
3. Autentik dalam berbuat baik. Jangan berbuat baik hanya untuk mendapatkan pujian. Fokuslah pada keikhlasan.
4. Bijak menyikapi perbedaan. Tidak semua orang akan memahami niat baik kita. Oleh karena itu, bijaklah dalam merespons perbedaan pendapat.
Penutup: Hikmah di Balik Perbedaan Pendapat
Realitas bahwa ada yang suka dan ada yang benci terhadap kita bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Sebaliknya, ini adalah tanda bahwa kita hidup di dunia yang penuh warna dan dinamika. Fokuslah pada ridha Allah, bukan pada penilaian manusia.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang mencari ridha Allah meskipun manusia marah, maka Allah akan meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya." (HR. Ibnu Hibban)
Dengan memahami hakikat ini, kita akan lebih tenang, sabar, dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan. Karena pada akhirnya, kebaikan yang dilakukan dengan tulus akan selalu menemukan jalannya untuk membawa keberkahan, meskipun tidak semua orang mampu melihatnya.
Semoga kita senantiasa istiqamah dalam kebaikan, tanpa tergoyahkan oleh pujian ataupun celaan manusia. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H