Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Nasab Tak Lagi Berarti, Hanya Amal yang Menentukan di Akhirat

27 Desember 2024   08:03 Diperbarui: 27 Desember 2024   08:03 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasab mulia tanpa amal saleh hanyalah nama tanpa makna.|Foto: pixabay.com

Tidak dapat dipungkiri bahwa memiliki garis keturunan dari keluarga mulia adalah anugerah. Namun, anugerah tersebut bukanlah tiket bebas menuju surga. Di tengah masyarakat kita, sering kali kita temui orang yang merasa istimewa hanya karena gelar "habib", "sayyid", atau keturunan ulama. Bahkan ada yang berani melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat, tetapi berlindung di balik status nasabnya.

Nasab yang mulia justru seharusnya menjadi pendorong untuk lebih bertakwa kepada Allah, bukan sebaliknya. Amal saleh, akhlak mulia, dan ketaatan adalah yang akan dipertanggungjawabkan kelak, bukan silsilah keluarga.

3. Hakikat Kemuliaan di Sisi Allah: Takwa dan Amal Saleh

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya, yang paling mulia di di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mulia, Mahateliti" (QS. Al-Hujurat, 49: 13)

Ayat ini adalah standar yang jelas dan tidak terbantahkan. Kemuliaan seseorang di hadapan Allah bukanlah dari wajah yang tampan, keturunan yang agung, atau gelar yang panjang, tetapi dari ketakwaannya.

4. Ujian Bagi yang Memiliki Nasab Mulia

Bagi mereka yang diberi anugerah nasab mulia, ini bukanlah alasan untuk merasa lebih baik dari orang lain. Justru ini adalah ujian. Apakah mereka mampu menjaga amanah nasab tersebut dengan amal saleh dan akhlak yang luhur?

Imam Malik pernah berkata: "Barangsiapa yang merasa bangga dengan amal orang tuanya, maka ia adalah orang yang tertipu."

Kita harus berhenti memandang nasab sebagai tameng untuk berbuat semena-mena atau untuk meremehkan orang lain.

5. Jangan Tertipu dengan Pengakuan Kosong

Di zaman ini, tidak sedikit orang yang mengaku-ngaku keturunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hanya untuk mendapatkan kehormatan di dunia. Bahkan, ada yang sekadar bermodalkan tampang Timur Tengah untuk mengelabui orang awam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun