Visualisasi memperkuat kepercayaan dan pemahaman. Dual coding theory menjelaskan bahwa informasi yang disajikan secara visual dan verbal lebih mudah dipahami dan diingat. Oleh karena itu, penting untuk mencari media pembelajaran yang kaya akan elemen visual, seperti diagram, video, atau peta konsep.
Contoh Best Practice: Nelson Mandela menggunakan peta visual untuk memahami strategi perjuangan yang kompleks. Peta ini membantunya melihat gambaran besar, dan bertindak dengan presisi.
4. Mencatat: Ikatlah Ilmu dengan Tulisan
Imam Syafi'i mengingatkan:
"Ilmu adalah buruan, dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat."
Mencatat ilmu membantu otak mengorganisasi informasi, memperkuat retensi, dan menyediakan referensi untuk masa depan. Teknologi modern mempermudah proses ini melalui aplikasi pencatat di ponsel kita.
Tip Praktis: Gunakan metode Cornell untuk mencatat, di mana catatan dibagi menjadi kolom inti, ringkasan, dan refleksi. Cara lain, bisa juga dengan mencatat 70% kolom kiri untuk mencatat ilmu, dan 30% kolom kanan untuk mencatat respon apa pun yang spontan muncul. Mulai dari kesan, tambahan catatan penting, keterkaitan dengan materi lainnya, hingga rencana yang akan kita lakukan.
Kita juga bisa mencatat dengan metode Mindmapping yang memadukan kekuatan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan.
5. Bertanya: Memulai Proses Kreatif
Bertanya adalah tanda kecerdasan. Bertanya tidak hanya mengasah pemahaman tetapi juga memicu divergent thinking, yaitu kemampuan berpikir kreatif. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendorong para sahabat untuk bertanya agar mereka memahami dengan lebih baik.
Contoh Best Practice: Albert Einstein terkenal dengan pertanyaan-pertanyaannya yang mendalam. Salah satu pertanyaan besarnya, "Bagaimana jika saya mengejar cahaya?" melahirkan teori relativitas.
6. Diskusi: Memperhalus Pemahaman