Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dengan Hati: 9 Langkah Menuju Ilmu yang Berkah dan Bermakna

3 Desember 2024   06:55 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar adalah seni menghadirkan hati, mendengar dengan saksama, dan berbagi demi makna yang abadi.|Image: Bing.com

"Ilmu adalah cahaya yang membimbing jiwa, hadirkan dirimu dengan penuh komitmen, dengarkan dengan hati, dan ikatlah ilmu dengan tulisan untuk kehidupan yang bermakna."

Ilmu pengetahuan adalah anugerah besar yang dapat membimbing manusia menuju kebijaksanaan, keberhasilan, dan kebermaknaan hidup. Namun, untuk mencapai ilmu yang mendalam, kita memerlukan metode belajar yang sistematis, cerdas, dan bijaksana. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengajarkan kita untuk memohon ilmu yang bermanfaat melalui doa:

"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang manfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima."
(HR. Ibnu Majah)

Berbekal doa ini, mari kita eksplorasi sembilan tahapan pembelajaran yang tidak hanya memperkuat pengetahuan tetapi juga membangun kebijaksanaan dan makna hidup.

1. Hadir: Komitmen Awal dalam Menuntut Ilmu

Kehadiran fisik dan mental adalah fondasi awal dalam belajar. Komitmen untuk hadir secara penuh mencerminkan kesungguhan hati dalam menuntut ilmu. Dalam psikologi pendidikan, kehadiran yang penuh perhatian ini memungkinkan otak memasuki mode fokus yang optimal, mempersiapkan korteks prefrontal untuk menerima informasi baru.

Contoh Best Practice: Steve Jobs dikenal sebagai orang yang selalu hadir sepenuhnya dalam pertemuan dan diskusi. Fokusnya pada setiap detail adalah keunggulannya, yang membantunya menciptakan inovasi revolusioner seperti iPhone.

2. Mendengar: Jalan Menuju Pemahaman

Mendengarkan aktif adalah langkah penting untuk memahami ilmu. Dalam Al-Qur'an, Allah memuji mereka yang mendengar dengan baik dan mengikuti yang terbaik di antaranya (QS Az-Zumar: 18). Secara neurosains, mendengar aktif merangsang hipokampus untuk memproses informasi ke dalam memori jangka panjang.

Tip Praktis: Dengarkan ceramah atau kuliah dengan catatan kecil untuk mencatat poin-poin penting. Catat ide-ide kuncinya. Ingat nasihat Imam Asy-Sya'bi: "Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekalipun di tembok."

3. Melihat: Mempercayai Melalui Visualisasi

Visualisasi memperkuat kepercayaan dan pemahaman. Dual coding theory menjelaskan bahwa informasi yang disajikan secara visual dan verbal lebih mudah dipahami dan diingat. Oleh karena itu, penting untuk mencari media pembelajaran yang kaya akan elemen visual, seperti diagram, video, atau peta konsep.

Contoh Best Practice: Nelson Mandela menggunakan peta visual untuk memahami strategi perjuangan yang kompleks. Peta ini membantunya melihat gambaran besar, dan bertindak dengan presisi.

4. Mencatat: Ikatlah Ilmu dengan Tulisan

Imam Syafi'i mengingatkan:
"Ilmu adalah buruan, dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat."

Mencatat ilmu membantu otak mengorganisasi informasi, memperkuat retensi, dan menyediakan referensi untuk masa depan. Teknologi modern mempermudah proses ini melalui aplikasi pencatat di ponsel kita.

Tip Praktis: Gunakan metode Cornell untuk mencatat, di mana catatan dibagi menjadi kolom inti, ringkasan, dan refleksi. Cara lain, bisa juga dengan mencatat 70% kolom kiri untuk mencatat ilmu, dan 30% kolom kanan untuk mencatat respon apa pun yang spontan muncul. Mulai dari kesan, tambahan catatan penting, keterkaitan dengan materi lainnya, hingga rencana yang akan kita lakukan.

Kita juga bisa mencatat dengan metode Mindmapping yang memadukan kekuatan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan.

5. Bertanya: Memulai Proses Kreatif

Bertanya adalah tanda kecerdasan. Bertanya tidak hanya mengasah pemahaman tetapi juga memicu divergent thinking, yaitu kemampuan berpikir kreatif. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendorong para sahabat untuk bertanya agar mereka memahami dengan lebih baik.

Contoh Best Practice: Albert Einstein terkenal dengan pertanyaan-pertanyaannya yang mendalam. Salah satu pertanyaan besarnya, "Bagaimana jika saya mengejar cahaya?" melahirkan teori relativitas.

6. Diskusi: Memperhalus Pemahaman

Diskusi memungkinkan kita menguji ide, memperhalus argumen, dan menerima umpan balik. Dalam neurosains, diskusi merangsang oxytocin, yang memperkuat koneksi sosial dan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Contoh Best Practice: Para ulama besar seperti Imam Bukhari berdiskusi dengan rekan-rekannya sebelum menuliskan hadis-hadis yang sahih.

7. Berbagi: Ilmu yang Berkelimpahan

Ilmu yang dibagikan akan semakin berkembang. Dalam Islam, berbagi ilmu adalah amal jariyah yang tak akan terputus. Secara ilmiah, berbagi ilmu melalui pengajaran atau mentoring meningkatkan kemampuan kita dalam retrieval practice, yaitu mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.

Tip Praktis: Ajarkan satu hal yang Anda pelajari setiap hari kepada orang lain, baik melalui tulisan, diskusi, atau media sosial.

8. Praktik Ulang: Menanamkan Ilmu ke Dalam Diri

Pengulangan teratur membantu memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Spaced repetition adalah teknik yang sangat efektif untuk memperkuat konsolidasi memori.

Contoh Best Practice: Muhammad Ali, seorang legenda tinju, selalu mengulang latihan dasar secara konsisten hingga gerakannya menjadi refleks tanpa berpikir.

9. Evaluasi Diri: Makna di Balik Ilmu

Evaluasi diri adalah proses introspeksi terhadap apa yang telah dipelajari dan bagaimana ilmu itu diaplikasikan dalam kehidupan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan untuk senantiasa bermuhasabah, yang merupakan bentuk evaluasi diri.

Tip Praktis: Setiap akhir hari, tanyakan pada diri sendiri: Apa yang telah saya pelajari hari ini? Bagaimana saya dapat mengaplikasikannya untuk menjadi lebih baik?

Kesimpulan

Sembilan tahapan ini - hadir, mendengar, melihat, mencatat, bertanya, diskusi, berbagi, praktik ulang, dan evaluasi diri - adalah panduan belajar yang cerdas, bijaksana, dan bermakna. Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya menuntut ilmu tetapi juga membangun kebijaksanaan dan kebermaknaan hidup.

Semoga kita senantiasa diberi ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima. Aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun