Para anggota dewan terdiam sejenak, mungkin merenung. Lalu, seolah mendapat pencerahan, mereka bersorak, "Genius sekali, Pak Wiwi!"
Generasi Muda: Penonton atau Pemain?
Sementara itu, para pemuda di negeri Huhuhaha ini menonton drama kebijakan tersebut dari layar ponsel mereka. "Eh, bro, serius nih? Singa penjaga hutan mau dijadiin vegetarian?" tanya seorang mahasiswa sambil menyeruput kopi sachet.
"Iya, katanya biar lebih inklusif," jawab temannya sambil terkekeh. "Kayaknya, ini ide paling absurd sejak mereka bikin jalan tol buat sepeda."
Tapi di balik tawa itu, mereka juga mulai merasa gelisah. "Kalau nggak ada singa yang menjaga, siapa yang bakal ngejar hyena-hyena itu, bro?" tanya salah satu dari mereka.
"Entahlah, mungkin kita sendiri yang harus jadi singa," jawab temannya sambil menatap kosong ke arah kalender akademiknya yang penuh coretan deadline.
Humor Reflektif untuk Diskusi Serius
Cerita ini, meski penuh tawa dan satire, sebenarnya adalah sebuah refleksi dari betapa pentingnya sebuah lembaga pengawas tetap kuat, tajam, dan independen. Ketika lembaga seperti KPK (atau Komisi Anti Rasuah dalam parodi ini) kehilangan gigi, bukan hanya koruptor yang tertawa, tapi juga harapan akan masa depan yang bersih dari korupsi perlahan memudar.
Jadi, mari kita tertawa sejenak, lalu bertanya: Apakah kita mau membiarkan singa penjaga hutan ini berubah menjadi boneka pajangan? Ataukah kita, generasi muda, siap melangkah ke gelanggang dan memastikan keadilan tetap hidup di negeri ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H