Menikmati kesendirian di taman, membaca buku terkait keseimbangan emosi, dan melakukan ibadah malam hari, bisa jadi pilihan yang bisa dilakukan.
2. Terjebak dalam Kompetisi yang Tidak Sehat
Di era media sosial, membandingkan diri dengan orang lain semakin menjadi kebiasaan universal. Banyak individu di Eropa dan Amerika Utara menyadari bahwa kecanduan pada "highlight reels" orang lain sering kali membuat mereka merasa tidak cukup baik.
Karenanya, mending kita berfokus pada kolaborasi daripada kompetisi. Sebuah studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa tim yang berkolaborasi cenderung lebih produktif daripada individu yang bekerja secara kompetitif. Mulailah dengan membangun komunitas yang mendukung, seperti kelompok diskusi, atau mastermind group.
3. Menghindari Kritik dan Umpan Balik
Sebagai contoh, seorang eksekutif muda di Asia Tenggara pernah membuang peluang besar hanya karena ia menolak mendengarkan umpan balik dari timnya. Ketakutan akan kritik sering kali lahir dari ego yang tidak terkontrol.
Jalan keluarnya, latih diri untuk menerima kritik dengan pikiran terbuka. Gunakan metode 360-degree feedback yang populer di perusahaan multinasional untuk mendapatkan sudut pandang dari berbagai pihak.
4. Hanya Terobsesi pada Hasil, Lupa Menikmati Proses
Di dunia startup, banyak pendiri yang terjebak dalam obsesi terhadap valuasi perusahaan dan lupa untuk menikmati proses membangun bisnis mereka. Kisah pendiri WeWork adalah salah satu contoh nyata bagaimana fokus pada hasil semata bisa menjadi bumerang.
Menciptakan sistem penghargaan pribadi untuk setiap langkah kecil yang Anda capai, ini bisa jadi solusi. Menggunakan jurnal atau aplikasi seperti Habitica dapat membantu Anda mencatat perjalanan Anda dengan lebih bermakna.
5. Mengabaikan Dimensi Spiritual dalam Pengembangan Diri