Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

60% Eksekutif Mengakui, Produktivitas Hanya Sekedar Ilusi?

12 November 2024   11:41 Diperbarui: 12 November 2024   11:52 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sibuk bukan berarti produktif. Produktivitas nyata terletak pada prioritas, bukan rutinitas.|Image: talentgrowthpartners.com

"Dalam dunia yang terus berubah, berhentilah mengejar kesibukan yang semu, dan fokuslah pada kompetensi masa depan yang sesungguhnya berarti dan mengubah keadaan"

Di era digital ini, produktivitas telah menjadi tuntutan utama dalam setiap organisasi. Namun, di balik laju teknologi yang memudahkan pekerjaan, muncul fenomena yang semakin lazim disebut "fake productivity" atau produktivitas semu. Para profesional---termasuk manajer, general manager, hingga top management---tak jarang terjebak dalam pola kerja yang tampak produktif namun sebenarnya hanya bersifat superfisial, sehingga kurang memberikan dampak nyata bagi organisasi.

Pertanyaannya sekarang, sangatlah sedehana: Apakah Anda benar-benar produktif, atau hanya sibuk?

Sebagai eksekutif atau pemimpin dalam era digital yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam ritme kesibukan tanpa henti---rapat berjam-jam, pesan masuk yang terus berdatangan, target dan laporan yang tak pernah usai. Semua ini memberi kesan produktif, tetapi seberapa efektif waktu dan energi telah kita digunakan?

Studi terbaru menunjukkan bahwa 60% eksekutif sebenarnya terperangkap dalam rutinitas yang justru menghambat produktivitas mereka. Di balik ilusi kesibukan ini, mereka sering kali kehilangan fokus pada apa yang benar-benar penting: kemampuan yang relevan dan strategi nyata untuk menghadapi tantangan masa depan.

Saatnya kita mengidentifikasi "produktif atau sekadar sibuk" dan mulai berinvestasi pada keterampilan-keterampilan yang esensial di era digital ini. Karena itu, artikel ini akan mengulas fenomena ini secara mendalam serta mengidentifikasi keterampilan masa depan (future skills) yang perlu dikuasai oleh para pemimpin agar mampu bersaing dan beradaptasi dengan tuntutan era digital dan global.

Memahami Produktivitas Semu: Antara Kesibukan dan Efektivitas

Produktivitas semu adalah kondisi di mana individu atau tim tampak sibuk dan memiliki jadwal padat, namun tidak menghasilkan dampak strategis yang signifikan. Menurut studi yang dipublikasikan oleh Harvard Business Review pada tahun 2023, lebih dari 60% eksekutif mengakui bahwa mereka sering kali terjebak dalam "rutinitas kesibukan" yang tidak efektif.

Contoh nyata dari produktivitas semu antara lain terlihat pada agenda rapat yang tidak berujung pada keputusan, penggunaan teknologi yang tidak tepat guna, hingga fokus pada target jangka pendek yang tidak terkait dengan tujuan jangka panjang perusahaan.

Sebagai ilustrasi, salah satu perusahaan telekomunikasi besar di Asia pernah menghadapi tantangan produktivitas semu. Dalam upaya mempercepat transformasi digital, manajemen mengadopsi berbagai teknologi baru tanpa strategi yang jelas. Akibatnya, tim merasa terbebani dengan berbagai aplikasi dan sistem yang kurang terintegrasi. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri dengan alat-alat baru daripada untuk meningkatkan produktivitas nyata. Contoh ini menggambarkan bahwa produktivitas semu bukan hanya masalah personal, melainkan juga bisa muncul dari keputusan strategis organisasi yang kurang tepat.

Kompetensi Masa Depan untuk Mengatasi Produktivitas Semu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun