Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

60% Eksekutif Mengakui, Produktivitas Hanya Sekedar Ilusi?

12 November 2024   11:41 Diperbarui: 12 November 2024   11:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sibuk bukan berarti produktif. Produktivitas nyata terletak pada prioritas, bukan rutinitas.|Image: talentgrowthpartners.com

Kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI) penting dalam membangun hubungan kerja yang harmonis dan produktif. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh TalentSmart, ditemukan bahwa 90% kinerja terbaik di perusahaan dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang tinggi.

Pemimpin dengan EI yang baik mampu memotivasi tim, mengelola konflik dengan bijak, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini dapat mengurangi stres dan menghindari efek negatif produktivitas semu yang sering kali berakar pada ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dalam lingkungan kerja.

5. Innovative Mindset

Kreativitas dan pemikiran inovatif membantu para pemimpin berpikir di luar batasan konvensional dan menemukan solusi baru yang lebih efektif. Dalam contoh praktis, sebuah perusahaan ritel global yang berbasis di Amerika Serikat mengadopsi pendekatan agile untuk tim mereka, di mana setiap anggota tim didorong untuk mencari cara baru dalam menyelesaikan tugas. Inisiatif ini berhasil meningkatkan efisiensi operasional sebesar 15% dalam satu tahun.

Pola pikir inovatif memungkinkan manajer untuk terus mencari cara-cara baru yang lebih efisien dan produktif, alih-alih terjebak dalam pola kerja yang sama.

Tips Praktis untuk Menghindari Produktivitas Semu

Agar mampu menghindari jebakan produktivitas semu, berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa diterapkan:

* Evaluasi Prioritas Tugas. Lakukan evaluasi mingguan untuk meninjau prioritas dan pastikan setiap tugas mendukung tujuan strategis.
* Tetapkan Key Performance Indicators (KPI) yang Relevan. Pastikan KPI yang digunakan benar-benar mencerminkan kinerja dan bukan sekadar angka-angka yang mudah dicapai tetapi kurang signifikan.
* Minimalisasi Rapat yang Tidak Perlu. Menurut Harvard Business Review, 71% profesional menganggap rapat berlebihan sebagai salah satu faktor yang menurunkan produktivitas. Batasi rapat hanya pada agenda yang benar-benar penting.
* Automasi Proses yang Berulang. Manfaatkan teknologi untuk mengotomatisasi tugas-tugas administratif atau berulang, sehingga waktu dapat dialokasikan pada pekerjaan yang lebih strategis.
* Terus Belajar dan Kembangkan Diri. Mendaftar dalam pelatihan atau kursus yang relevan untuk meningkatkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan era digital dan globalisasi.

Membangun Budaya Kerja yang Mendorong Produktivitas Sejati

Salah satu cara efektif untuk menanggulangi produktivitas semu adalah dengan membangun budaya kerja yang mendorong efisiensi dan efektivitas sejati. Sebuah survei oleh Gallup menyatakan bahwa perusahaan dengan budaya transparansi dan komunikasi yang baik memiliki engagement karyawan hingga 20% lebih tinggi, yang berujung pada peningkatan produktivitas. 

Karena itu, organisasi perlu menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, kolaborasi efektif, serta fleksibilitas kerja yang memungkinkan setiap karyawan memberikan kontribusi terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun