"Literasi finansial bukan hanya urusan angka - ini adalah kunci bagi setiap pemimpin untuk membuka potensi penuh, mengambil keputusan bijak, dan membawa perusahaan menuju kesuksesan yang berkelanjutan."
Literasi finansial, dalam dunia bisnis dan kompetisi, Â bukan sekadar keahlian tambahan, melainkan sebuah kebutuhan strategis bagi para profesional di berbagai level manajerial. Terutama, bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan finance atau akuntansi.
Banyak orang yang menganggap bahwa pemahaman finansial ini hanya penting bagi departemen keuangan atau akuntansi saja. Padahal, saat ini, setiap profesional di level manajerial juga diharapkan mampu membaca, memahami, dan menginterpretasikan angka dengan tepat. Namun, sering kali, mitos-mitos seputar literasi finansial menghambat perkembangan pemahaman finansial di kalangan profesional non-finance.
Tentu saja, semua ini tak boleh terjadi. Sekarang, mari kita telaah mitos-mitos ini agar kita tidak terjebak pada asumsi yang salah dan dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasi.
1. "Literasi Finansial Hanya Penting untuk Bagian Keuangan"
Mitos ini adalah salah satu kesalahpahaman terbesar yang sering kali mengakar dalam budaya organisasi. Banyak profesional non-finance beranggapan bahwa pengelolaan finansial hanyalah urusan departemen keuangan saja. Itu bagian orang finance dan akunting saja.
Padahal, setiap keputusan bisnis, baik yang dibuat oleh manajer operasional, manajer teknik, maupun top leader, memiliki implikasi finansial. Misalnya, dalam menyetujui anggaran proyek atau alokasi sumber daya, pemahaman finansial dasar sangat dibutuhkan agar keputusan yang diambil dapat mendukung tujuan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Mengingat pentingnya peran ini, manajer di semua departemen wajib memiliki literasi finansial sebagai bagian dari keterampilan strategis mereka.
2. "Jika Angka Positif, Berarti Semua Baik-Baik Saja"
Ini adalah pandangan yang terlalu sederhana, tetapi cukup umum. Banyak profesional non-finance berpikir bahwa selama angka-angka terlihat positif - misalnya, peningkatan pendapatan atau laba - berarti perusahaan berjalan dengan baik. Padahal, angka yang tampak bagus bisa menutupi kondisi keuangan yang rapuh jika tidak dianalisis dengan cermat.
Contohnya, jika pertumbuhan pendapatan ternyata lebih kecil dari pertumbuhan utang, perusahaan mungkin berada di risiko likuiditas. Kemampuan untuk membaca laporan keuangan secara mendalam akan memberikan insight yang lebih akurat tentang kondisi keuangan sebenarnya.