3. "Anggaran Hanya Tentang Pembatasan Biaya"
Banyak manajer dan pemimpin non-finance melihat anggaran sebagai bentuk pembatasan. Jelas ini dapat menyebabkan pemikiran bahwa budgeting hanya berfokus pada penghematan. Padahal, anggaran adalah alat pengelolaan strategis yang bertujuan untuk memaksimalkan alokasi sumber daya ke dalam program-program dengan potensi ROI (Return on Investment) tertinggi.
Dengan memahami bagaimana anggaran bekerja, profesional dapat memandang budgeting sebagai langkah proaktif untuk mencapai target perusahaan, bukan sekadar pembatasan.
4. "Laporan Keuangan Itu Kompleks dan Hanya untuk Ahli"
Sering kali, profesional non-finance merasa minder dan enggan mendalami laporan keuangan karena tampak rumit dan penuh istilah teknis. Namun, sebenarnya, dasar-dasar laporan keuangan, seperti laporan laba rugi, neraca, dan arus kas, dapat dipahami dengan pelatihan yang tepat.Â
Istilah seperti income statement, cashflow statement, balance sheet, entreprice valuation, customer acquisution cost, unit economics, gross/nett revenue retention, gross margin hingga operating efficiency, haruslah difahami dengan baik.Â
Mengapa? Karena, ketika seorang pemimpin di level manapun bisa memahami laporan ini, mereka bisa mengambil keputusan yang lebih efektif, seperti menentukan prioritas belanja modal atau menganalisis profitabilitas produk tertentu.
5. "Keputusan Besar Hanya Berdasarkan Intuisi, Bukan Data Finansial"
Banyak pemimpin yang percaya bahwa intuisi dan pengalaman cukup untuk membuat keputusan besar. Namun, dalam dunia bisnis modern, intuisi perlu dipadukan dengan data yang kuat, terutama data finansial. Penggunaan data finansial memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih terukur dan berbasis fakta, yang pada akhirnya meminimalisir risiko.
Oleh karena itu, memiliki keterampilan literasi finansial bisa mengubah intuisi menjadi intuisi berbasis data, sebuah kombinasi yang sangat kuat dalam dunia bisnis.
6. "Manajer Non-Finance Tidak Perlu Tahu Tentang Arus Kas"