Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bagaimana Membangun Ketahanan Organisasi dengan Budaya Adaptif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan?

31 Oktober 2024   17:18 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:19 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Adaptabilitas bukan sekadar kemampuan untuk bertahan, melainkan kekuatan yang membuka peluang baru dan menumbuhkan ketahanan di tengah ketidakpastian."

Iklim bisnis kini semakin dirasakan berubah cepat dan tak menentu. Akibatnya, perusahaan dihadapkan pada tantangan yang kompleks. Mulai dari kemajuan teknologi, perubahan kebijakan, hingga dinamika ekonomi global yang mempengaruhi stabilitas dan strategi bisnis.

Pandemi global, misalnya, menguji ketahanan organisasi dalam skala masif dan menyoroti betapa pentingnya kemampuan beradaptasi. Organisasi yang berhasil bertahan, seperti Netflix dan Amazon, bukan hanya selamat dari badai perubahan, tetapi juga menemukan peluang pertumbuhan di tengah tantangan.

Di sinilah peran budaya adaptif menjadi krusial, sebuah budaya yang memungkinkan organisasi untuk fleksibel, cepat dalam mengambil keputusan, dan siap menanggapi perubahan dengan bijak. Membangun ketahanan melalui budaya adaptif adalah investasi jangka panjang yang menjadikan organisasi siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan setiap peluang yang datang. Bagi seorang General Manager, inisiatif membangun budaya adaptif adalah fondasi penting bagi pertumbuhan berkelanjutan.

5 Langkah Strategis GM Membangun Budaya Adaptif

Untuk menciptakan ketahanan organisasi yang berkelanjutan, ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh General Manager dalam membangun budaya adaptif di seluruh lapisan perusahaan:

1. Mengintegrasikan Inovasi ke dalam Nilai Perusahaan

Inovasi lebih dari sekadar menghasilkan produk baru; ia mencakup proses bisnis, pemecahan masalah, hingga cara organisasi merespons tren pasar. General Manager harus memastikan inovasi menjadi bagian dari DNA perusahaan. Ini dapat dilakukan dengan mendorong setiap karyawan untuk berani mengemukakan ide-ide segar dan bereksperimen.

Sebagai contoh, perusahaan seperti 3M menerapkan prinsip "15% waktu inovasi", di mana karyawan diizinkan menggunakan 15% waktu kerja mereka untuk mengerjakan proyek baru. Kebijakan seperti ini tidak hanya mempercepat penemuan ide, tetapi juga menumbuhkan rasa kepemilikan di antara karyawan.

Perusahaan dunia yang telah berhasil mengintegrasikan inovasi dalam nilai perusahaannya adalah Google. Google adalah salah satu contoh terbaik. Perusahaan ini tidak hanya dikenal dengan mesin pencarinya, tetapi juga dengan budaya inovasi yang kuat. Google mendorong karyawannya untuk mengalokasikan waktu mereka untuk proyek-proyek pribadi yang inovatif, yang telah melahirkan produk-produk seperti Google News, Gmail, dan Google Maps.

Selain itu, Google juga mengakuisisi banyak startup untuk membawa ide-ide baru ke dalam perusahaan. Dengan demikian, inovasi menjadi bagian integral dari DNA Google dan menjadi pendorong utama pertumbuhan dan kesuksesannya.

2. Memberikan Fleksibilitas dalam Proses Kerja

Fleksibilitas memungkinkan organisasi untuk merespons perubahan secara cepat tanpa melalui prosedur yang panjang dan kaku. General Manager dapat memperkenalkan otonomi dalam proses kerja, di mana tim dapat menentukan metode terbaik yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka asalkan sejalan dengan visi perusahaan. 

Amazon, misalnya, mendorong fleksibilitas dengan struktur organisasi yang mengutamakan kecepatan dan kemampuan setiap tim untuk beradaptasi dalam memenuhi permintaan pasar. Langkah ini membantu perusahaan bergerak cepat dan efektif dalam setiap proses kerja.

Unilever adalah salah satu contoh lain sebagai perusahaan yang sangat memperhatikan fleksibilitas kerja. Mereka telah menerapkan konsep "Anda Bekerja" yang menawarkan keseimbangan antara keamanan pekerjaan dan fleksibilitas. Model kerja ini memberikan karyawan opsi untuk memilih jenis kontrak yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik itu full-time, part-time, atau kontrak proyek. Dengan demikian, Unilever mampu mempertahankan talenta terbaik dan meningkatkan produktivitas karyawan.

Alasan Unilever menjadi contoh yang baik:
 * Fleksibilitas yang tinggi: Karyawan diberikan kebebasan dalam mengatur waktu dan tempat kerja mereka.
 * Keseimbangan kerja-hidup: Model kerja ini memungkinkan karyawan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional.
 * Peningkatan produktivitas: Dengan fleksibilitas yang diberikan, karyawan cenderung lebih produktif dan merasa lebih terlibat dalam pekerjaan.
 * Adaptasi terhadap perubahan: Model kerja ini memungkinkan perusahaan untuk lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis.

Contoh lain perusahaan yang menawarkan fleksibilitas:
 * Google: Terkenal dengan budaya kerjanya yang fleksibel, Google memberikan karyawan waktu untuk mengerjakan proyek-proyek pribadi yang inovatif.
 * Microsoft: Perusahaan ini juga telah menerapkan kebijakan kerja dari rumah yang fleksibel, terutama setelah pandemi COVID-19.
 * Salesforce: Perusahaan perangkat lunak ini memberikan karyawan opsi untuk bekerja dari mana saja dan kapan saja.

Dengan memberikan fleksibilitas dalam proses kerja, perusahaan-perusahaan ini tidak hanya mampu menarik dan mempertahankan talenta terbaik, tetapi juga meningkatkan produktivitas, inovasi, dan kepuasan karyawan.

3. Membangun Keterampilan Adaptif di Setiap Individu

Membangun budaya adaptif bukan hanya tanggung jawab tim manajemen, tetapi melibatkan semua karyawan. Memberikan pelatihan keterampilan adaptif, seperti manajemen perubahan, pemecahan masalah, dan kolaborasi lintas tim, adalah langkah penting. Dengan mengembangkan keterampilan ini, setiap individu dapat menjadi agen perubahan dan siap menghadapi tantangan baru.

Perusahaan teknologi seperti Microsoft sukses dalam menerapkan pendekatan ini melalui program pelatihan yang berfokus pada adaptabilitas dan inovasi, yang telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan mendorong semangat berinovasi di antara karyawan.

Perusahaan yang berhasil membangun keterampilan adaptif pada karyawannya akan lebih siap menghadapi tantangan bisnis yang dinamis.

Contoh lain dari perusahaan yang sukses membangun keterampilan adaptif di setiap individu, adalah:
 * Netflix: Perusahaan streaming ini terkenal dengan budaya perusahaannya yang sangat adaptif. Netflix mendorong karyawan untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Mereka juga memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mengambil inisiatif dan mencoba hal-hal baru.
 * Google: Google memiliki program pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan soft skills seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Program ini bertujuan untuk membantu karyawan menjadi lebih adaptif dan siap menghadapi tantangan baru.
 * Amazon: Amazon dikenal dengan budaya kerjanya yang cepat dan berorientasi pada hasil. Perusahaan ini mendorong karyawan untuk terus berinovasi dan mencari cara baru untuk meningkatkan efisiensi.

4. Menguatkan Komunikasi dan Kolaborasi Antar Tim

Komunikasi terbuka dan kolaborasi yang efektif menjadi landasan budaya adaptif. General Manager perlu mendorong keterbukaan informasi dan memfasilitasi kolaborasi antar tim untuk memastikan semua anggota organisasi selaras dalam menghadapi perubahan.

Facebook, sebagai contoh, berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dengan mendorong setiap anggota tim untuk berbagi ide dan bekerja bersama dalam proyek lintas fungsi. Langkah ini memperkuat ketahanan organisasi melalui sinergi antardepartemen dan mempercepat proses pengambilan keputusan.

Contoh lain, Spotify adalah contoh yang menarik. Perusahaan musik streaming ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas tim untuk terus menghadirkan fitur-fitur baru dan pengalaman pengguna yang menarik. Spotify memfasilitasi komunikasi terbuka melalui berbagai saluran, mulai dari platform kolaborasi online hingga acara rutin yang memungkinkan karyawan dari berbagai departemen untuk berinteraksi dan berbagi ide.

Selain itu, Spotify juga mendorong budaya eksperimen dan memberikan ruang bagi karyawan untuk mengambil inisiatif, yang pada gilirannya memperkuat kolaborasi dan inovasi. Dengan pendekatan ini, Spotify berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di industri musik streaming.

5. Mengadopsi Teknologi untuk Mendukung Adaptabilitas

Dalam dunia bisnis yang semakin digital, teknologi memainkan peran penting dalam mendukung ketahanan organisasi. Artificial Intelligence (AI), misalnya, membantu organisasi dalam menganalisis tren pasar dan mengoptimalkan operasional dengan lebih cepat. General Manager dapat mempertimbangkan untuk menerapkan teknologi adaptif seperti AI dan Big Data, sehingga keputusan bisnis lebih tepat sasaran.

Beberapa perusahaan di industri ritel, seperti Walmart dan Matahari, telah sukses memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan efisiensi rantai pasokan dan mempercepat respons terhadap perubahan permintaan konsumen.

Sekarang, mari kita lihat contoh lain bagaimana perusahaan dunia telah berhasil mengadopsi teknologi untuk mendukung adaptabilitas. Netflix adalah salah satu contoh terbaik.

Perusahaan streaming ini telah berhasil memanfaatkan teknologi big data dan machine learning untuk menganalisis preferensi penonton secara mendalam. Dengan data yang begitu kaya, Netflix dapat mempersonalisasi rekomendasi konten bagi setiap pengguna, sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan dan mendorong mereka untuk tetap berlangganan.

Selain itu, Netflix juga cepat beradaptasi dengan perubahan tren konsumsi media dengan terus mengembangkan fitur-fitur baru, seperti "download for offline viewing" dan "interactive content". Dengan demikian, Netflix tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan yang ketat, tetapi juga terus tumbuh dan berinovasi.

Penutup

Membangun ketahanan organisasi bukanlah tujuan jangka pendek, melainkan perjalanan panjang yang memerlukan komitmen untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Di masa yang penuh ketidakpastian ini, General Manager harus memprioritaskan adaptabilitas sebagai fondasi dari ketahanan organisasi yang kokoh.

Dengan mendorong inovasi, memperkuat mentalitas adaptif di setiap lapisan, dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan ketahanan, perusahaan akan lebih siap menghadapi masa depan yang dinamis.

Adaptabilitas bukan hanya kemampuan untuk bertahan, tetapi adalah kekuatan yang membuka jalan menuju peluang baru dan pertumbuhan berkelanjutan. Jadikanlah budaya adaptif sebagai bagian integral dalam organisasi Anda, dan bersiaplah untuk melihat bagaimana ketahanan yang kuat akan membawa organisasi Anda melampaui batas-batas yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun