Kebocoran Rutin, Kebingungan Rutin
Tiap kali data bocor, kita semua kaget. Tapi pertanyaannya, "Kenapa kita masih kaget setiap kali itu terjadi?" Mungkin karena kita berharap setiap kebocoran adalah yang terakhir, tapi kenyataannya selalu ada yang baru. Akhirnya, rasa kaget itu cuma jadi kebiasaan. Ya, mungkin kita harus terima bahwa data kita memang suka jalan-jalan sendiri.
Standing Ovation untuk Peretas?
Di negara lain, peretas itu buru-buru dimasukkan penjara. Tapi di sini, mereka seolah dapat standing ovation. Karena tanpa mereka, kita nggak bakal tahu betapa rapuhnya keamanan kita! Jadi ya, mungkin peretas itu sebenarnya pahlawan tanpa tanda jasa? Atau paling tidak, mereka berhasil bikin kita sadar akan kenyataan pahit.
Hacker, Bintang Iklan Perlindungan Data
Mirisnya, hacker-hacker di sini jadi selebriti dadakan. Bukannya ditangkap, mereka malah jadi trending topik. Siapa tahu, suatu hari nanti mereka muncul di iklan "perlindungan data," sambil berkata, "Lindungi datamu, sebelum aku yang bobol!" Sekali lagi, ironis tapi menghibur.
Data Pribadi ala Karpet Merah
Bayangkan kalau data pribadi kita diperlakukan seperti selebriti di karpet merah. Tampil ke publik, dijual dengan harga spesial, dan kita cuma bisa nonton sambil berkata, "Wah, itu dataku, keren juga ya bisa laku mahal!" Sayangnya, kita yang kehilangan, mereka yang untung.
Data: Milik Siapa, Sebenarnya?
Mungkin kita harus terima kenyataan bahwa data kita bukan lagi milik kita. Mereka sekarang jadi barang koleksi di bursa gelap, dijual dengan harga spesial, "Buy 1 Get 1 Free!" Kalau kebetulan data kamu yang dijual, anggap saja kamu lagi jadi bintang tamu di bursa dunia maya.
Di akhir kisah, kita tertawa, atau tersenyum pahit. Tapi, di dalam hati juga kita tersentuh. Negara udah gagal total melindungi data pribadi warganya. Sebuah kisah komedi tragis yang terus berulang tanpa tangis.
Ya, di negeri ini, betapa lekatnya humor dan tragedi berjalan kompak beriringan. Seperti tangis dan tawa yang akrab berdampingan. Data pribadi kita mungkin sudah tidak aman, tapi yang pasti, kemampuan kita untuk tertawa tentangnya masih tak terkalahkan. Karena dalam tawa, rasanya kita masih punya kewarasan. Semata, agar jiwa ini tak tertekan, dan bisa bernafas panjang.