Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Menteri Full Remote, Kantor? Itu Apa?

9 September 2024   08:37 Diperbarui: 9 September 2024   08:47 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor boleh jarang didatangi, tapi kebijakan harus selalu hadir di hati rakyat di seluruh pelosok negeri.|Foto: cpomagazine.com

"Menjadi pemimpin bukan soal terlihat sibuk, tapi soal memastikan kehadiranmu memberikan manfaat. Kadang, hadir fisik tak diperlukan, tapi hadir untuk masalah adalah kewajiban."

Suatu hari, di sebuah negeri yang sangat modern - atau setidaknya begitu katanya - tersebarlah rumor tentang seorang menteri yang sangat jarang ke kantor. Entah apa sebabnya, rakyat jadi penasaran, apakah menteri ini sedang sibuk menjalankan misi rahasia, atau sekadar lupa di mana kantor berada.

Rakyat mulai berspekulasi. Salah satu filsuf kampung, Pak Tua Filosofi, berbisik kepada tetangganya, "Kalau pengalaman adalah guru terbaik, kenapa menteri kita ini seperti memilih belajar dari jauh? Mungkin terlalu jauh, hingga ke kantor pun tak sempat mampir."

Kedai kopi pun ramai, bukan karena promosi kopi susu, tapi karena topik 'Menteri yang Jarang Muncul'. Pak Lurah yang dikenal gemar membaca buku filsafat, menimpali, "Seperti biji yang tak pernah tertanam, apakah mungkin buah kebijakan tumbuh subur kalau menterinya jarang turun ke tanah? Ya, tahu-tahu nanti tumbuh bonsai kebijakan saja."

Banyak yang mengira sang menteri mungkin terlalu sibuk memantau perkembangan dari 'jauh', tetapi seorang ibu rumah tangga yang jeli berkata, "Menjadi menteri tanpa pengalaman di bidangnya itu seperti nonton bola dari tribun. Bedanya, tribun mereka jauh lebih tinggi, mungkin di atap gedung kementerian. Lihat lapangannya aja susah, apalagi bikin strategi!"

Pernyataan itu membuat suasana di kedai semakin panas. Pak RT yang biasanya hanya diam saja, kini tergoda ikut bersuara, "Ya, katanya jarang ke kantor karena sibuk mengawasi masalah dari jauh. Tapi, ya, masalah itu lebih jelas kelihatan kalau kita berdiri di dekatnya, bukan dari apartemen di lantai 50."

Lalu datanglah anak muda, si ahli retorika, yang melontarkan sebuah pertanyaan tajam, "Bagaimana bisa menyelesaikan masalah di daerah kalau ke daerah aja jarang? Mungkin mereka pakai telepati, ya? Atau mungkin mendidik kita semua dengan cara inovatif yang belum kita pahami: kebijakan jarak jauh!"

Mendengar itu, Pak Guru - yang sudah lama mengamati tingkah polah pemerintahan - tertawa kecil. "Kalau kantor adalah tempat kerja, dan kerja adalah kewajiban, lantas apa yang lebih penting dari keduanya untuk seorang menteri? Peta perjalanan kali, ya? Mungkin mereka sibuk pilih rute tercepat ke rumah, bukan ke kantor."

Suasana semakin riuh ketika seorang mahasiswa yang baru saja selesai kuliah online berteriak, "Hei, kalau menteri jarang ngantor tapi kebijakan tetap muncul, jangan-jangan kebijakannya pesen lewat aplikasi ojek online, ya? Tinggal klik, pesan kebijakan, antar!"

Semua orang di kedai tertawa terbahak-bahak, membayangkan sebuah masa depan di mana kebijakan bisa diantarkan langsung ke pintu rumah. Namun, Pak Sopir yang sering mengantar pegawai kementerian menambahkan, "Katanya mereka sibuk kerja lapangan, tapi kok jejak lapangannya cuma ada di Google Maps, ya? Hebat, sudah remote control kebijakan, sekarang kebijakannya pakai virtual reality!"

Di tengah riuhnya gelak tawa, seorang pemuda dengan wajah serius tiba-tiba angkat bicara, "Seandainya menteri diharuskan absen pakai fingerprint, mungkin sidik jarinya bisa diganti dengan cetakan sidik jari lilin. Atau, bisa jadi, kebijakannya berubah: memperkenalkan inovasi teknologi absen jarak jauh!"

Mendengar itu, semua orang di kedai kopi tertawa terbahak-bahak. Namun, sebelum tawa mereka reda, si pemuda kembali berkata dengan nada parodi, "Siapa bilang menteri jarang ke kantor itu masalah? Ini justru revolusi industri 4.0: menteri hologram! Nggak perlu hadir fisik, kebijakan tetap tayang, rakyat tetap menunggu dengan harap-harap cemas."

Tertawalah seluruh isi kedai. Mereka sadar, meski cerita ini penuh humor, ada makna mendalam yang menggelitik pikiran. Betul, kadang menteri tak perlu selalu hadir fisik, tapi apakah kebijakan yang dihasilkan sungguh-sungguh menyentuh akar masalah?

Begitulah cerita ini berakhir. Di antara canda dan tawa, terselip kritik halus dan refleksi mendalam tentang apa artinya benar-benar bekerja untuk rakyat. Dan kita semua, mungkin perlu sesekali berhenti, tertawa, dan berpikir: apakah kita sudah berada di jalan yang benar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun