Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ambisi yang Membutakan dan Hati Seorang Ayah

31 Agustus 2024   10:57 Diperbarui: 31 Agustus 2024   11:08 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, pemuda itu mendapat pelajaran berharga. Dalam sebuah wawancara kerja di sebuah perusahaan besar, meskipun ia memiliki semua kualifikasi yang diperlukan - IPK tinggi, pengalaman magang, dan kemampuan bahasa asing - ia justru ditolak karena sikapnya yang kaku, tegang, tidak luwes, dan tidak empatik. Kepekaan dan kerendahan hati yang tidak dimilikinya yang menyebabkan pewawancara menolaknya. Dengan penuh kekecewaan, ia meninggalkan ruangan itu, merasa dunia seakan runtuh di hadapannya.

Dalam perjalanan pulang, kata-kata ayahnya terngiang kembali di telinganya, "Yang terpenting adalah sikap, akhlak, dan adabmu kepada sesama." Perlahan, ia mulai menyadari bahwa ambisi dan obsesi yang berlebihan telah membuatnya buta. Ia lupa bahwa kesuksesan sejati bukan hanya tentang pencapaian materi, tetapi tentang bagaimana ia menghargai dan menghormati orang lain, terutama kepada ayahnya yang telah begitu banyak berkorban untuknya.

Dengan hati yang penuh penyesalan, ia kembali ke kampung halamannya. Ia menemui ayahnya yang sedang duduk di beranda rumah, memandang jauh ke ladang yang luas. "Ayah," panggilnya pelan. Ayahnya menoleh, mata tuanya menatap lembut penuh kasih.

"Ayah, maafkan aku," ucap pemuda itu dengan suara bergetar. "Aku baru menyadari betapa aku selama ini telah salah. Betapa aku telah mengabaikan nasihatmu dan bersikap keras kepala."

Ayahnya tersenyum, penuh kebijaksanaan. Ia menepuk bahu anaknya dengan lembut, "Tidak mengapa, Nak. Yang penting sekarang kau sudah menyadarinya. Selalu ingat, kesuksesan bukan hanya tentang seberapa tinggi kau bisa mendaki, tetapi juga tentang seberapa rendah hatimu dalam bersikap."

Dan di bawah langit senja yang mulai meredup, sang anak memeluk ayahnya dengan air mata yang mengalir. Di hatinya, ia berjanji untuk selalu menghargai, menghormati, dan mencintai ayahnya - seorang pria tua yang telah mengajarkannya tentang nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun