"Jika Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dan para tabi'in yang mulia menangis di akhir hayat mereka karena takut akan siksa Allah, lalu bagaimana dengan kita yang sering lalai? Tangisan bukanlah kelemahan, melainkan cermin keinsafan dan ajakan untuk segera bertaubat dan kembali ke jalan-Nya."
Mari kita renungkan, mari kita bermuhasabah, dan mari kita menangis. Menangis bukan karena takut mati, tetapi menangis karena takut tidak siap menghadapi kehidupan setelah mati.
Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa tangisan akhir kehidupan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan iman yang menyadari kelemahan diri dan kebesaran Allah.
Mari kita tangisi dosa-dosa kita, mari kita tangisi kelalaian kita, dan mari kita kembali kepada-Nya dengan penuh penyesalan dan harapan akan ampunan-Nya.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu mengingat-Nya, untuk selalu bersiap, dan untuk selalu berada di jalan-Nya yang lurus. Juga untuk selalu memperbaiki diri, meningkatkan amal, dan meraih Surga-Nya yang kekal. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H