Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tangisan yang Menggetarkan: Mengapa Mereka Menangis di Akhir Hidup?

31 Agustus 2024   06:07 Diperbarui: 31 Agustus 2024   06:12 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka, para sahabat dan tabi'in yang telah jelas ketaatan dan ketakwaannya, masih merasa khawatir dan takut akan siksa api Neraka.

Renungan Bagi Kita yang Lalai

Lalu, bagaimana dengan kita, yang sering lalai dan tenggelam dalam dosa serta kemaksiatan? Jika mereka yang telah jelas keimanan dan ketaatannya masih menangis karena takut akan penghakiman Allah, seharusnya kita lebih banyak menangis dan meratapi nasib kita.

Mereka menangis karena merasa amal mereka sedikit, lalu bagaimana dengan kita yang amalnya jauh lebih sedikit, bahkan terkadang lebih banyak dosa daripada amal kebaikan?

Mengapa Kita Tidak Menangis?

Tangisan akhir kehidupan bukanlah sekadar air mata penyesalan, melainkan panggilan jiwa untuk merenungkan kembali kehidupan yang telah kita jalani. Apakah kita telah mempersiapkan bekal yang cukup untuk perjalanan panjang ini? Apakah kita telah berusaha sekuat tenaga untuk meraih rahmat dan ampunan Allah? Atau justru kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi, lupa bahwa setiap detik yang berlalu adalah kesempatan yang tak akan pernah kembali?

Ketika Abu Hurairah radhiyallahu `anhu menangis karena jauhnya perjalanan, kita diingatkan bahwa akhirat bukanlah tujuan yang mudah dicapai. Ketika Muhammad bin Sirin rahimahullah menangis karena sedikitnya amalan, kita disadarkan bahwa amal kita begitu rapuh, begitu sedikit, dan seringkali tidak ikhlas. Dan ketika Ibrahim an-Nakha'i menangis karena ketakutan akan keputusan akhir, kita diingatkan akan ketidakpastian nasib kita kelak.

Kesadaran dan Kembali ke Jalan Allah

Tangisan mereka bukan hanya sekadar ekspresi kesedihan, tetapi sebuah cerminan dari kesadaran mendalam akan keagungan Allah, dan kehinaan diri. Kesadaran inilah yang seharusnya kita tanamkan dalam hati kita. Karena tangisan akhir kehidupan bukan sekadar tentang penyesalan, tetapi tentang kesadaran untuk segera kembali. Lalu bergegas memperbaiki diri, dan memperbanyak amal kebaikan sebagai bekal untuk perjalanan panjang menuju akhirat.

Tangisan akhir kehidupan adalah panggilan untuk beristighfar, bertobat dengan sungguh-sungguh, dan kembali ke jalan Allah. Ini adalah panggilan untuk mengisi sisa waktu yang kita miliki dengan amal yang bermanfaat, dengan ibadah yang ikhlas, dengan doa yang tulus, dan dengan sedekah yang ikhlas. Ini adalah kesempatan untuk meraih rahmat Allah dan berlindung dari siksa-Nya.

Penutup: Sebuah Ajakan untuk Merenungi dan Berubah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun