Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengan atau Tanpamu, Kebenaran Akan Terus Ada

29 Juli 2024   07:11 Diperbarui: 29 Juli 2024   07:13 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengan atau tanpamu, kebenaran akan terus ada. Engkau akan binasa tanpa kebenaran. | Image: intisari.grid.id

"Jangan khawatirkan bagaimana kebatilan akan hilang, karena itu pasti. Fokuslah pada bagaimana engkau membela kebenaran, karena kebenaran akan terus ada dengan atau tanpamu, namun engkau akan binasa tanpa kebenaran."

Kebenaran adalah pilar kokoh yang selalu tegak berdiri, tak tergoyahkan oleh apapun. Dalam sejarah, kita menemukan kisah-kisah menakjubkan yang membuktikan bahwa kebatilan akan selalu berakhir, dan kebenaran akan tetap hidup, dengan atau tanpamu.

Kisah Fir'aun: Tenggelamnya Keangkuhan

Fir'aun, penguasa Mesir yang mengklaim dirinya sebagai tuhan, adalah simbol keangkuhan. Kisahnya berakhir dengan tenggelamnya di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan Bani Israil. Ketika Musa memukulkan tongkatnya ke laut atas perintah Allah, laut terbelah, memungkinkan Bani Israil melintasinya dengan selamat.

Namun, saat Fir'aun dan pasukannya mengikuti, laut kembali menutup, menenggelamkan mereka. Pengakuan Fir'aun terhadap keesaan Tuhan saat hampir tenggelam tidak menyelamatkannya, menunjukkan bahwa penyesalan yang terlambat tidak dapat mengubah nasib.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa keangkuhan tidak pernah abadi, dan kebenaran selalu akan menemukan jalannya.

Haman: Buta Hati Karena Kekuasaan

Haman, dalam konteks Al-Qur'an, adalah menteri Firaun yang dikenal karena kesetiaannya yang buta dan penolakannya terhadap kebenaran. Ia berperan dalam menentang Nabi Musa dan menindas Bani Israil, mewakili kekuasaan yang korup dan sombong.

Haman terlibat dalam proyek pembangunan megah untuk Firaun, menunjukkan bagaimana ambisi dan kekuasaan dapat membutakan hati dari moralitas. Akibat kesombongannya, ia dan Firaun akhirnya tenggelam di Laut Merah, menjadi simbol akhir tragis bagi mereka yang menolak kebenaran dan keadilan.

Kisah Qarun: Tenggelamnya Kekayaan

Qarun, yang terkenal karena kekayaannya yang melimpah, namun juga karena kesombongannya, berakhir dengan ditelan bumi. Sebagai hukuman atas pengabaiannya terhadap nikmat Allah dan sikap sombongnya, Qarun bersama hartanya ditenggelamkan ke dalam bumi.

Al-Qur'an mencatat dalam surat Al-Qashash ayat 81 bahwa tidak ada yang dapat menolongnya dari azab Allah. Ini menjadi pelajaran bahwa kekayaan yang tidak disertai dengan rasa syukur dan pengabdian kepada Allah hanyalah jalan menuju kehancuran.

Kisah Namrud: Hancurnya Kesombongan

Namrud, raja yang mengaku sebagai tuhan, mengalami nasib tragis karena seekor nyamuk. Setelah menolak peringatan Allah, nyamuk kecil memasuki hidungnya dan bersarang di kepalanya selama bertahun-tahun, menyebabkan penderitaan yang luar biasa.

Dalam upaya menghilangkan sakit kepala, ia meminta istrinya untuk memukul kepalanya, yang akhirnya mengakibatkan kematiannya. Ini menunjukkan bahwa bahkan makhluk terkecil sekalipun bisa mengalahkan kekuatan terbesar ketika datang waktunya, dan bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran.

Kisah Abrahah: Gagalnya Ambisi

Abrahah, dengan pasukan gajahnya, berambisi untuk menghancurkan Ka'bah dan menggantinya dengan pusat ibadah di Yaman. Namun, Allah mengirimkan burung-burung yang melempari pasukannya dengan batu dari tanah liat, menyebabkan kehancuran mereka. 

Abrahah sendiri mengalami penyakit fatal sebelum mencapai tujuannya. Ini mengingatkan kita bahwa tempat suci dan kebenaran akan selalu dilindungi oleh Allah, dan ambisi yang didasari oleh kebatilan pasti akan gagal.

Kisah Perang Ahzab: Terjangan Badai

Perang Ahzab atau Perang Khandaq adalah momen penting dalam sejarah Islam. Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW menghadapi pasukan gabungan Quraisy dan Yahudi yang jauh lebih besar. Namun, dengan strategi cerdas menggali parit sebagai pertahanan dan bantuan badai pasir yang memporak-porandakan kemah musuh, mereka berhasil mempertahankan Madinah. 

Perang ini menunjukkan bahwa dengan keberanian dan strategi yang tepat, kebenaran akan selalu menang meski menghadapi ancaman yang besar.

Pelajaran dari Sejarah

Kisah-kisah di atas mengajarkan kita bahwa kebatilan, seberapa besar dan kuat pun tampaknya, pasti akan berakhir. Sebaliknya, kebenaran akan selalu ada dan tegak, dengan atau tanpamu.

Janganlah kita sibuk memikirkan bagaimana kebatilan akan hilang, karena itu adalah kepastian dari Allah. Sebaliknya, fokuslah pada bagaimana kita dapat membela dan menegakkan kebenaran, karena kebenaran akan terus hidup, sedangkan kita akan binasa tanpa kebenaran.

Penutup

Sebagai penutup, marilah kita selalu mengingat bahwa kebenaran adalah pilar yang harus kita tegakkan. Kisah-kisah dari masa lalu menjadi bukti nyata bahwa kebatilan akan selalu kalah dan kebenaran akan selalu menang.

Dengan atau tanpamu, kebenaran akan terus ada. Namun, alangkah indahnya jika kita menjadi bagian dari perjuangan menegakkan kebenaran, karena dengan demikian, kita akan mendapatkan keberkahan dan ridha Allah dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun