Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Politisi dan Pejabat: Sibuk Cari Gelar, Lupa Tanggung Jawab

20 Juli 2024   06:09 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:13 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelar tanpa tanggung jawab adalah kehampaan. | Image: imgflip.com

"Gelar itu penting, biar kalau kita nggak paham kerjaan, setidaknya orang masih bingung dengan nama kita yang panjang!"

Di tengah hiruk-pikuk politik dan pemerintahan, ada satu fenomena yang tak kalah menarik: para politisi dan pejabat yang sibuk mengoleksi gelar akademik. Dari profesor hingga gelar honoris causa, mereka berlomba-lomba menambah deretan huruf di belakang nama. Tapi, di balik gelar-gelar mentereng itu, tanggung jawabnya malah sering terlupakan.

Riset pesanan menjelang pemilihan wakil rakyat membuktikan, bahwa "Gelar akademik itu ibarat topi pesta: bikin keren di acara, tapi nggak banyak gunanya di dunia nyata."

Yuk, kita lihat beberapa cerita kocak dan nyeleneh tentang para pemburu gelar ini.

Politisi Gila Gelar: Ngaku Profesor Tanpa Bidang

Jadi gini, kemarin saya ketemu sama seorang politisi yang baru saja dapat gelar profesor. Saya tanya, "Wah, hebat sekali, Pak! Jadi profesor di bidang apa nih?" Dia jawab, "Oh, nggak ada bidang khusus, yang penting ada gelarnya aja. Biar orang-orang lebih respek sama saya."

Gelar Panjang untuk Serangan Politik

Ada juga yang lucu, pejabat lain yang gelarnya panjang banget. Kalau nama dia ditulis lengkap di undangan, kertasnya harus diperpanjang dulu. Saya tanya, "Kenapa sih suka banget nambah-nambahin gelar?" Dia jawab, "Biar lebih berat kalau dilempar ke lawan politik!"

Pejabat Kehormatan dalam Memburu Gelar

Lalu saya ketemu sama pejabat yang bilang, "Mulai hari ini, tolong panggil saya Profesor, ya. Biar keren." Saya tanya, "Profesor apa, Pak?" Dia jawab, "Profesor Kehormatan." Saya tanya lagi, "Kehormatan dalam bidang apa?" Dia jawab, "Kehormatan dalam memburu gelar!"

Tren Koleksi Gelar: Dari Profesor hingga S.P.G!

Saya dengar ada tren baru, politisi dan pejabat sekarang hobi koleksi gelar akademik. Ada yang sampai punya gelar Profesor, Doktor, MBA, M.Sc, S.T, H.I, L.L.C, sampai S.P.G! Saya tanya, "Itu S.P.G apa, Pak?" Dia jawab, "Sales Promotion Girl!"

Pembawa Acara Ngos-ngosan Bacain Gelar

Bayangkan, ada politisi yang setiap kali mau pidato, pembawa acara sampai ngos-ngosan bacain gelar-gelarnya. "Selamat datang kepada Profesor Doktor Insinyur Haji Kyai Master Blaster Specialist Luar Biasa Pak..." Pejabatnya jawab, "Ssst, cukup panggil saya Pak aja, biar simpel."

Undangan Gelar, Bukan Orang

Ini beneran kejadian, ada pejabat yang selalu nulis gelarnya di semua kesempatan, termasuk di undangan kawinan. Jadi kalau di undangan lain tulisannya "Undangan untuk Bapak/Ibu...", di undangan dia tulisannya "Undangan untuk Profesor Doktor Haji Kyai Insinyur Ustad ...". Kebayang nggak sih, tamunya sampai bingung mau panggil apa!

Presentasi Penuh Gelar, Isi Kosong

Kenapa ya, masih ada orang yang senang mencantumkan semua gelarnya pada setiap presentasinya? Sampai-sampai slide presentasinya penuh sama nama dan gelar. Padahal isinya cuma gambar pemandangan! 

Atau, copy paste artikel di power point? Banyak sekali narasinya, tapi ditutupin ama bold dan warna di kata kuncinya. Ya, namanya juga usaha...

Slide Presentasi Penuh Gelar

Kenapa ya, masih saja ada orang yang senang mencantumkan gelarnya pada setiap presentasinya? Rasanya tiap kali lihat slide presentasi, lebih banyak gelar daripada isinya! Saya tanya, "Pak, kenapa gelarnya banyak banget?" Dia jawab, "Biar kalau presentasi gagal, setidaknya gelar saya tetap kelihatan keren!"

Gelar Ustad untuk Dobel Hormat dan Menghindari Kritik

Ada juga yang mencantumkan gelar ustad supaya dipanggil "Kyai Ustad." Saya tanya, "Pak, kenapa gelar ustadnya ditambahin kyai?" Dia jawab, "Biar dobel hormatnya!" Jadi kalau ada yang manggil, langsung dapat dua kali pahalanya.

Dan yang lebih lucu lagi, ada juga yang mencantumkan gelar ustad agar dipanggil kyai ustad. Saya tanya, "Kenapa harus pakai gelar ustad segala?" Dia jawab, "Biar kalau ceramah salah, jamaah tetap mikir saya pintar!"

Kartu Nama Dilipat Dua Kali

Bayangin, ada pejabat yang gelarnya panjang banget sampai-sampai tiap kali ditulis di kartu nama, kertasnya harus dilipat dua kali! Saya tanya, "Kenapa gelarnya banyak banget, Pak?" Dia jawab, "Biar kalau ketemu orang baru, mereka langsung pusing duluan dan nggak sempat nanya hal-hal susah!"

Bingung dengan Gelarnya Sendiri

Lucunya, ada politisi yang gelarnya banyak banget sampai bingung sendiri. Pas ditanya, "Gelar Anda apa aja, Pak?" Dia jawab, "Ehm... Tunggu, saya cek kartu nama dulu."

Gelar Itu Tanggung Jawab, Bukan Status

Mereka suka bilang, "Gelar itu tanggung jawab, bukan hanya status." Tapi kenapa ya, kok saya sering lihat pejabat yang lebih sibuk cari gelar daripada mengurus tanggung jawabnya sendiri?

Kesimpulan

Di era di mana gelar dianggap sebagai simbol status dan prestise, penting bagi kita untuk mengingat esensi sebenarnya dari gelar akademik. Gelar seharusnya mencerminkan kompetensi dan tanggung jawab, bukan sekadar pajangan atau alat untuk mencari pengakuan.

Desakralisasi gelar perlu dilakukan agar kita lebih fokus pada kualitas dan tanggung jawab nyata, bukan pada atribut kosong.

Penutup

Jadi, lain kali kalau kita ketemu pejabat atau politisi yang sibuk mengoleksi gelar, ingatlah untuk mengingatkan mereka: tanggung jawab dan pengabdian jauh lebih penting daripada sekadar deretan huruf di belakang nama. 

Semua ini penting diperhatikan, karena, pada akhirnya, yang diingat orang bukanlah gelar-gelar mereka, tapi apa yang mereka lakukan dengan gelar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun