Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguak Keterkaitan Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah: Jalan Menuju Keikhlasan Sejati

18 Juli 2024   06:07 Diperbarui: 18 Juli 2024   06:53 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah: Dua jalan menuju penghambaan yang tulus. | dakwatuna.com

"Keikhlasan sejati terwujud saat kita mengakui Rububiyah Allah dan hanya beribadah kepada-Nya. Inilah pilar iman yang kokoh dan tak tergoyahkan".


Dalam pusaran kehidupan yang penuh gejolak ini, manusia kerap terlena oleh hiruk-pikuk duniawi, melupakan hakikat keberadaan mereka di muka bumi. Tauhid Rububiyah, keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pencipta, pemilik, dan pengatur alam semesta, merupakan landasan yang mesti kita pegang erat. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah SWT:

Sungguh, Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa, lalu Allah bersemayam di atas ‘Arsy. Allah menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. Allah  ciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang yang tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.” (Surah Al-A'raf 7:54)

Allah Pencipta segala sesuatu dan Allah Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” (Surah Az-Zumar 39:62)

Kedua ayat tersebut menegaskan keagungan dan kekuasaan Allah SWT sebagai satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta. Namun, pemahaman ini tidak cukup berhenti di sini. Tauhid Rububiyah harus melahirkan konsekuensi logis berupa Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesakan Allah SWT dalam ibadah.

Tauhid Uluhiyah: Pengabdian Total kepada Sang Khalik

Tauhid Uluhiyah berarti mengesakan Allah SWT dalam setiap bentuk ibadah, baik itu doa, kurban, maupun ketundukan hati yang ikhlas hanya kepada-Nya. Ibadah bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan manifestasi dari cinta dan pengagungan yang mendalam kepada Allah SWT. Firman-Nya dalam Al-Qur'an menggarisbawahi hal ini dengan tegas:

Hai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.” (Surah Al-Baqarah 2:21)

Allah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Allah juga menurunkan air hujan dari langit, lalu Allah hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Surah Al-Baqarah 2:22)

Ayat-ayat ini menekankan bahwa Sang Pencipta alam semesta ini adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah. Pengakuan terhadap Rububiyah Allah tanpa disertai dengan Uluhiyah adalah penyimpangan yang terjadi pada kaum musyrikin Quraisy. Mereka mengakui bahwa Allah adalah Pencipta, namun mereka enggan beribadah hanya kepada-Nya.

Konsekuensi Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah

Memahami bahwa Tauhid Rububiyah melazimkan Tauhid Uluhiyah, kita diajak untuk merenungkan bahwa perintah terbesar dalam Islam adalah mengesakan Allah (Tauhid), sedangkan larangan terbesar adalah menyekutukan-Nya (Syirik). Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu anhu: 

Semua penyebutan ibadah dalam al-Quran maknanya adalah tauhid.” (Tafsir al-Qurthuby (18/193)).

Makna ini menunjukkan betapa mendalamnya konsepsi tauhid dalam kehidupan seorang Muslim. Setiap tindakan ibadah yang diperintahkan dalam Al-Qur’an hakikatnya adalah untuk mentauhidkan Allah, mengesakan-Nya dalam segala aspek kehidupan.

Menanamkan Tauhid yang Lurus dalam Kehidupan

Para dai dan ulama memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan tauhid yang lurus dalam hati umat. Dakwah tauhid harus menjadi fokus utama, karena dengan tauhid yang benar, umat akan terbimbing ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT. 

Pendidikan dan penyuluhan mengenai tauhid harus dilakukan dengan penuh hikmah dan kasih sayang, sehingga umat memahami betapa pentingnya mengesakan Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu berada di jalan tauhid yang lurus dan menjauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan. Wallahu'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun