Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Riba Membawa Sengsara dan Nestapa

1 Juli 2024   06:07 Diperbarui: 1 Juli 2024   06:47 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riba membawa sengsara, hindarilah demi kesejahteraan. | Image : www.euro-area-statistics.org 

"Riba bukanlah jalan menuju kemakmuran, melainkan jalan menuju kemiskinan dan kesengsaraan. Menghindari riba adalah langkah menuju kesejahteraan sejati dan ridha Allah SWT."

Riba, dalam pengertiannya sebagai tambahan yang tidak sah dalam transaksi, merupakan penyakit yang merusak tidak hanya perekonomian individu tetapi juga tatanan sosial dan spiritual umat manusia. Sebagai seorang yang peduli dengan kebaikan dan keberkahan, saya merasa bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai bahaya riba dan dampaknya yang merusak. 

Dalam pengertian yang sederhana, riba adalah tindakan yang memastikan peningkatan pendapatan secara tidak sah (bathil). Hal ini terjadi dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak memiliki kesamaan dalam kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl). Bisa juga terjadi dalam transaksi pinjam-meminjam yang mengharuskan nasabah penerima fasilitas untuk mengembalikan dana yang diterima melebihi jumlah pokok pinjaman karena berlalunya waktu (nasiah).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka akhir urusannya akan menjadi miskin." [HR. Ibnu Majah, dishahihkan al-Albani]. Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa riba bukanlah jalan menuju kemakmuran, melainkan jalan menuju kemiskinan dan kesengsaraan.

Riba dan Dampaknya pada Individu

Riba pada dasarnya memaksa orang yang meminjam untuk membayar lebih dari yang mereka pinjam. Hal ini menciptakan beban tambahan yang tidak diinginkan dan tidak adil, sehingga menyengsarakan mereka yang terpaksa meminjam. Dampak ini terasa lebih parah ketika peminjam tidak mampu melunasi utangnya beserta bunganya, yang pada akhirnya memperburuk kondisi ekonomi mereka.

Kesejahteraan seseorang dapat tergerus oleh biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga. Ketika seseorang terjerat riba, ia harus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk melunasi utang berbunga tersebut. Akibatnya, kesejahteraan mereka berkurang dan mereka jatuh ke dalam jurang kemiskinan.

Riba menciptakan ketakutan dan ketergantungan yang merusak mentalitas kerja keras dan inovasi. Orang yang terjerat riba cenderung menjadi malas bekerja dan takut mengambil risiko. Padahal, sumber daya manusia yang produktif adalah penggerak utama roda ekonomi. Jika mentalitas malas dan takut ini menyebar luas, maka ekonomi akan melemah dan kesejahteraan masyarakat akan terancam.

Riba dan Dampaknya pada Masyarakat

Riba tidak hanya merusak individu, tetapi juga memiliki dampak yang mengancam dan merusak kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Riba dapat meningkatkan inflasi dan menciptakan kesenjangan sosial yang tajam antara si kaya dan si miskin. Ketidakadilan ini merusak harmoni dan stabilitas sosial, serta menciptakan ketegangan dan konflik dalam masyarakat.

Riba memiliki dampak yang sangat berbahaya dan merugikan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan negara. Riba dapat menghilangkan kesejahteraan seseorang karena mereka harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membayar bunga. Hal ini dapat mengurangi kesejahteraan mereka dan membuat mereka miskin. 

Sementara itu, orang yang meminjam uang juga dibebani dengan biaya bunga (riba), sehingga mereka harus membayar lebih dari yang mereka pinjam. Hal ini dapat menyengsarakan orang lain karena mereka harus membayar biaya tambahan yang tidak diinginkan. 

Riba dapat menciptakan manusia-manusia yang malas bekerja dan takut mengambil risiko untuk mengembangkan hartanya. Sumber daya manusia adalah penggerak utama roda ekonomi, sehingga riba dapat merusak sumber daya ini. Riba dapat merusak sumber daya manusia, meningkatkan inflasi, dan menciptakan kesenjangan sosial. Hal ini dapat berdampak pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Riba dan Dampaknya pada Kehidupan Ekonomi

Riba dapat menyebabkan keterbelahan, yaitu situasi di mana pihak yang berhutang menambah beban hutangnya. Hal ini dapat menjerat pihak yang berhutang oleh beban hutangnya dan membuat mereka tidak mungkin melunasi hutangnya. Riba dapat menghambat investasi karena biaya bunga yang tinggi. Hal ini dapat mengurangi kemampuan investasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Lebih jauh, riba pun dapat meningkatkan utang negara karena biaya bunga yang tinggi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Riba telah menjadi sistem yang mapan dan telah mengkristal

sedemikian kuatnya dalam sistem kapitalis. Bunga bank (interest rate) merupakan jantung dari sistem perekonomian, sehingga riba telah menjadi instrumen ekonomi yang dominan.

Riba dan Dampaknya pada Kehidupan Negara

Riba dapat menghancurkan perekonomian negara karena biaya bunga yang tinggi. Hal ini dapat mengurangi kemampuan investasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Riba dapat meningkatkan krisis ekonomi karena biaya bunga yang tinggi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Riba dapat mengancam kesejahteraan umat karena biaya bunga yang tinggi. Hal ini dapat mengurangi kesejahteraan umat dan membuat mereka miskin.

Negara-negara seperti Afghanistan, Sri Lanka, Venezuela, Yaman, dan Zimbabwe adalah beberapa contoh negara yang mengalami kebangkrutan karena utang, termasuk bunga bank dan riba. Berbagai faktor lain, selain utang dan riba, seperti krisis politik, inflasi, dan kegagalan pemerintah dalam mengelola keuangan negara, turut serta memperparah perekonomian negara-negara tersebut. 

Dalam Islam, riba dianggap sebagai dosa besar yang dapat menyebabkan hukuman yang sangat berat baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, praktik riba harus dihindari dan digantikan dengan praktik yang lebih adil dan berkeadilan.

Hukuman di Akhirat

Allah SWT dengan tegas mengingatkan bahwa pelaku riba akan menghadapi hukuman yang berat di akhirat. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena tekanan penyakit gila..." (QS. Al-Baqarah 2: 275). Pelaku riba diperangi oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, dan ancaman kekal dalam neraka adalah peringatan yang sangat serius.

Penutup

Sebagai umat Islam, kita wajib menjauhi praktik riba dan menggantinya dengan transaksi yang lebih adil dan berkeadilan. Dengan menghindari riba, kita tidak hanya menyelamatkan diri dari kesengsaraan duniawi, tetapi juga dari hukuman berat di akhirat. Marilah kita kembali kepada ajaran Islam yang murni, yang mengajarkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

Semoga artikel ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjauhi riba dan menjalani kehidupan yang penuh berkah dan rahmat Allah SWT. Wallahu a'lam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun