Oleh karena itu, penting bagi para pembuat kebijakan dan pelaksana proyek infrastruktur untuk mengakui dan menghargai pentingnya penelitian geologi yang menyeluruh dalam tahap perencanaan. Ini merupakan langkah kritis dalam meminimalkan risiko dan memastikan keberhasilan jangka panjang dari proyek infrastruktur yang dilakukan.
Kegagalan Desain dan Konstruksi
Salah satu aspek penting dalam pembangunan jalan tol adalah penerapan desain yang memadai dan konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Namun, dalam kasus Tol Bocimi, terlihat adanya kegagalan dalam merancang dan membangun infrastruktur yang mampu mengatasi risiko longsor.
Talut merupakan salah satu solusi konstruktif yang biasa digunakan untuk mengamankan fondasi jalan di kawasan yang rawan longsor. Namun, tampaknya tidak ada langkah preventif yang diambil dalam hal ini, mungkin karena kurangnya pemahaman akan risiko geologi yang ada. Kegagalan untuk membangun talut telah meningkatkan risiko amblesnya badan jalan, yang pada akhirnya terjadi pada Tol Bocimi.
Selain itu, kegagalan dalam penerapan teknologi dan metode konstruksi yang memadai juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap tragedi ini. Penggunaan teknologi dan metode konstruksi yang kurang memadai dapat menyebabkan kerentanan struktural pada jalan tol, terutama dalam menghadapi kondisi lingkungan yang tidak stabil seperti tanah yang rawan longsor.
Dengan demikian, penting bagi para pengembang proyek infrastruktur untuk mengadopsi teknologi dan metode konstruksi yang sesuai dengan standar industri dan kondisi lingkungan setempat. Langkah-langkah ini akan membantu mencegah terjadinya kegagalan desain dan konstruksi yang dapat mengancam keselamatan dan keberlangsungan jangka panjang dari infrastruktur yang dibangun.
Kelemahan dalam Pengujian Kelayakan
Pada tahap pengujian kelayakan jalan tol, diperlukan evaluasi yang cermat untuk memastikan bahwa infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi dengan baik dan aman bagi pengguna. Namun, dalam kasus Tol Bocimi, terlihat adanya kelemahan yang signifikan dalam proses ini.
Pertama-tama, penting untuk mencari jawaban atas kesalahan dalam proses uji laik fungsi jalan tol Bocimi yang menyebabkan kesalahan fatal ini terjadi. Bagaimana mungkin jalan tol ini dinyatakan lolos uji laik fungsi, hanya untuk mengalami amblesnya badan jalan hanya dalam beberapa bulan setelah diresmikan? Ini menunjukkan adanya kekurangan dalam penilaian risiko dan evaluasi terhadap stabilitas struktural jalan tol tersebut.
Selain itu, kritik terhadap pengawasan yang tidak memadai dari pihak terkait juga perlu diajukan. Pengawasan yang efektif dan teliti dari berbagai pihak terkait, termasuk otoritas pemerintah dan badan pengelola jalan tol, sangat penting untuk mencegah terjadinya kegagalan serius seperti ini. Namun, tampaknya pengawasan tersebut tidak mampu mendeteksi dan mencegah risiko yang terkait dengan pembangunan Tol Bocimi.
Dengan menyoroti kelemahan dalam pengujian kelayakan dan pengawasan, kita dapat memahami pentingnya memperbaiki proses evaluasi dan pengawasan dalam proyek-proyek infrastruktur masa depan. Hal ini akan membantu mencegah terjadinya tragedi serupa dan memastikan keamanan serta keandalan infrastruktur yang dibangun untuk masyarakat.