Gejala Toxic Productivity
Daftar tanda-tanda klasik atau gejala dari Toxic Productivity yang paling umum adalah :
1. Bekerja terlalu keras, dimana terlalu banyak bekerja sehingga mengorbankan waktu istirahat.
2. Burnout. Gejalanya seperti kelelahan kronis, kehilangan motivasi, dan penurunan produktivitas.
3. Kecemasan. Tingkat kecemasan yang tinggi terkait kinerja kerja dan kehidupan pribadi.
4. Perasaan tidak berarti. Uniknya, meskipun produktif, merasa usaha tidak dihargai atau kurang bermakna.
Studi Kasus dari Perusahaan-perusahaan Terkemuka:
1. Google. Meskipun dikenal karena budaya kerjanya yang inovatif dan fleksibel, Google juga telah menghadapi masalah Toxic Productivity di antara karyawannya. Beberapa studi kasus menunjukkan bahwa kelebihan kerja dan tekanan untuk terus mencapai standar tinggi telah menyebabkan burnout dan penurunan kesejahteraan karyawan.
2. Amazon. Perusahaan raksasa e-commerce ini telah mendapat sorotan karena budaya kerjanya yang kompetitif dan berorientasi pada hasil. Namun, investigasi internal dan laporan media menunjukkan bahwa tekanan untuk terus produktif di Amazon telah menyebabkan tingkat burnout yang tinggi di antara karyawan, dengan dampak negatif terhadap kesehatan mental dan fisik.
Studi kasus ini menunjukkan bahwa bahkan perusahaan-perusahaan terkemuka sekalipun tidak luput dari masalah Toxic Productivity. Penting bagi organisasi untuk mengenali gejala-gejala ini dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan berkelanjutan bagi karyawan mereka.
Dua Penyebab Utama Toxic Productivity  Â
Penyebab dan faktor pemicu Produktivitas Beracun itu beragam. Namun pada umumnya hanya ada 2 poin penting terkait kultur kerja dan peran teknologi dalam mendorong Toxic Productivity. Yaitu :
1. Kultur kerja yang mendukung produktivitas berlebihan. Kultur kerja yang menekankan produktivitas dan persaingan dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras dan lebih lama, terutama jika mereka merasa perlu untuk meniru tingkat kinerja rekan kerja atau atasan.
2. Peran teknologi dan AI. Meskipun teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) meningkatkan efisiensi, penggunaannya juga dapat menambah tekanan pada karyawan. Perubahan cepat dalam teknologi memaksa karyawan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka, sementara ketersediaan teknologi membuat karyawan merasa perlu untuk selalu terhubung dan "online" di luar jam kerja.
Penting bagi organisasi untuk menyadari dampak teknologi terhadap kesejahteraan karyawan dan mengelola penggunaannya dengan bijak. Menciptakan budaya kerja yang mendukung keseimbangan antara kerja dan kehidupan dapat membantu mencegah munculnya Toxic Productivity.
Langkah-langkah Praktis Mengatasi Toxic Productivity
Dalam mengatasi fenomena Toxic Productivity, diperlukan langkah-langkah konkret yang memperkuat kesadaran akan masalah ini, serta pendekatan baru terhadap produktivitas yang lebih seimbang dan berkelanjutan.