Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menguak Ancaman Demokrasi: Dari Isme Politik Hingga Demagogi

30 Januari 2024   06:16 Diperbarui: 30 Januari 2024   06:16 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi adalah sebuah pilihan | Image: ideogram.com

Kebangkitan tren demokrasi reaksioner. "Demokrasi Reaksioner" biasanya merujuk pada situasi di mana sebuah rezim atau pemerintahan menggunakan retorika atau tata kelola yang terlihat demokratis, tetapi sebenarnya bertujuan untuk mempertahankan atau memperkuat struktur kekuasaan yang otoriter atau otoriter-leaning. Ini bisa terjadi dengan cara-cara berikut:

1. Pencitraan demokratis. Pemerintah mempertahankan fasad demokrasi dengan mengadakan pemilihan umum, membiarkan partai oposisi beroperasi, atau memberikan beberapa kebebasan sipil. Namun, pada kenyataannya, kekuasaan dan kendali tetap berada di tangan sekelompok kecil atau satu individu.
2. Pembatasan demokrasi substansial. Meskipun ada institusi-institusi demokratis seperti pemilihan umum dan kebebasan berbicara, pemerintah menggunakan berbagai cara untuk membatasi akses masyarakat umum atau oposisi politik ke proses politik atau untuk menumpulkan suara-suara yang tidak sejalan dengan kepentingan mereka.
3. Manipulasi politik. Pemerintah menggunakan propaganda, manipulasi media, atau kekuasaan politik untuk mengendalikan narasi publik dan memastikan bahwa hasil pemilihan atau keputusan politik sesuai dengan keinginan mereka, bahkan jika itu tidak mencerminkan kehendak mayoritas rakyat.
4. Ketidaksetaraan p0litik dan ekonomi. Meskipun ada bentuk demokrasi formal, struktur sosial, ekonomi, dan politik secara inheren tidak merata, dengan sebagian kecil populasi yang memegang kekuasaan dan kekayaan yang besar, sementara mayoritas masyarakat tidak memiliki akses yang sama terhadap kekuasaan dan sumber daya.
5. Reaksi terhadap perubahan. Demokrasi reaksioner sering muncul sebagai respons terhadap tekanan internal atau eksternal untuk reformasi atau perubahan politik. Pemerintah bisa merasa terancam oleh gerakan sosial atau politik yang memperjuangkan reformasi atau perubahan, dan sebagai tanggapannya, mereka menawarkan bentuk-bentuk demokrasi yang terbatas untuk mempertahankan status quo atau kekuasaan mereka.

Dengan demikian, "demokrasi reaksioner" mengacu pada bentuk-bentuk demokrasi yang lebih mirip dengan kediktatoran tersembunyi daripada representasi yang benar-benar demokratis. Ini adalah istilah yang sering digunakan oleh kritikus untuk menyoroti ketidaksetaraan atau manipulasi dalam sistem politik yang mengklaim untuk mewakili kehendak rakyat.

Akhirnya, kita sendiri perlu mempertanyakan kembali definisi demokrasi itu sendiri, karena kita sendiri secara bersaama sedang menghadapi tantangan yang makin meningkat.

Praktek Politik Demagogi

"Demagogi" merujuk pada praktik politik di mana seorang pemimpin atau orator menggunakan retorika yang merangsang emosi, memanipulasi opini publik, dan memanfaatkan ketakutan atau kebencian untuk memperoleh kekuasaan atau mendukung kebijakan tertentu. Orang yang terlibat dalam demagogi dikenal sebagai "demagog". Praktik politik demagogi sering kali melibatkan penggunaan argumen yang sederhana, pemangkasan kompleksitas masalah, serta eksploitasi emosi dan ketakutan untuk memperoleh dukungan atau keuntungan politik.

Berikut adalah beberapa ciri umum praktik politik demagogi:

1. Penggunaan emosi. Demagog sering menggunakan emosi seperti kemarahan, ketakutan, atau kebencian untuk mempengaruhi pendengar dan memperoleh dukungan mereka. Mereka cenderung memperkuat perasaan-perasaan tersebut daripada menggunakan argumen yang rasional atau fakta yang kuat.
2. Retorika simple. Demagog cenderung menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas, sering kali menghindari kompleksitas masalah, dan menyajikan solusi yang tampaknya mudah, meskipun seringkali tidak praktis atau realistis.
3. Manipulasi fakta. Demagog sering kali memanipulasi fakta atau menyampaikan informasi yang salah untuk mendukung argumen atau narasi mereka. Mereka dapat mengabaikan konteks atau menyajikan data yang dipilih secara selektif untuk memperkuat posisi mereka.
4. Pencitraan sebagai pelindung atau pembebas. Demagog cenderung mencitrakan diri mereka sebagai pahlawan atau pelindung dari ancaman tertentu, seperti musuh-musuh internal atau eksternal, dan menawarkan diri mereka sebagai satu-satunya solusi untuk masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
5. Polarisasi dan konflik. Demagog sering menggunakan retorika yang memperkuat polarisasi dalam masyarakat, memperbesar perpecahan antara kelompok-kelompok yang berbeda, dan menciptakan atmosfer konflik yang dapat menguntungkan mereka secara politis.

Praktik politik demagogi dapat menjadi ancaman bagi proses demokratis dan kesehatan masyarakat karena mereka cenderung mengabaikan diskusi yang sehat dan substansial, serta memperkuat polarisasi dan konflik dalam masyarakat. Mereka juga dapat mengancam prinsip-prinsip kritis seperti kebebasan berbicara dan pluralisme politik. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami taktik demagogi dan melindungi diri dari manipulasi politik semacam itu.

Peran Media Sosial dalam Meningkatnya Pengaruh Isme Politik dan Ancaman Terhadap Demokrasi

Isme yang merujuk pada gaya kepemimpinan dan politik yang terkait dengan tokoh politik seringkali menampilkan elemen-elemen demagogi dalam praktik politiknya. Penggunaan narasi sederhana, pencitraan sebagai pemimpin yang berpihak kepada rakyat kecil, dan manuver politik untuk mempertahankan kekuasaan adalah ciri khas yang sering terlihat dalam isme-isme semacam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun