Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Strategi Mencegah Kesalahan Komunikasi Terkait Isu Agama: Bersikaplah Cerdas!

22 Desember 2023   17:37 Diperbarui: 22 Desember 2023   17:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di ruang publik, jaga prinsip-prinsip etik terkait ranah sensitif | Image: mommiesdaily.com

"Komunikasi yang bijaksana adalah pondasi perdamaian; kesalahan dalam berbicara dapat mengguncangkan stabilitas yang telah dibangun dengan susah payah." 

Dalam dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi dan akses informasi yang cepat, kesalahan dalam berkomunikasi dapat menjadi boomerang. Apalagi ketika hal ini dilakukan oleh pemimpin atau tokoh terkenal yang memiliki banyak pengikut. Lebih kompleks lagi, jika kesalahan tersebut melibatkan isu agama, dampaknya bisa meluas dan merusak segala urusan.

Artikel ini akan membahas kompleksitas dan dampak dari kesalahan komunikasi terkait isu-isu kontroversial agama, serta pentingnya memahami prinsip-prinsip etika komunikasi untuk menjaga stabilitas masyarakat.

Penggunaan isu agama oleh pemimpin politik juga dapat memicu konflik horizontal dan politisasi agama yang seharusnya dihindari. Mari telaah bersama bagaimana menghindari kesalahan komunikasi ini untuk menjaga keharmonisan dan perdamaian dalam masyarakat.

Isu-isu kontroversial seputar agama kerap kali menjadi viral, dengan pola yang berulang. Umumnya ini melibatkan individu yang kurang ide, kurang cerdas, dan terlalu sering berada di lingkungan yang tidak memegang teguh prinsip-prinsip etika komunikasi. Menabrak ranah yang sangat sensitif, terutama yang terkait dengan agama, bukan hanya tidak etis tetapi juga berpotensi memicu ketegangan di masyarakat.

Ketidakcerdasan seseorang terlihat jelas dalam cara mereka berbicara tanpa mempertimbangkan kapasitas, tempat, audiens, dan konteks pembicaraan. Isu-isu agama, yang melibatkan simbol, nama, pengucapan, ritual, dan keyakinan, adalah ranah yang tidak seharusnya diutak-atik. Menghargai dan tidak mengolok-olok ritual keagamaan, atau keyakinan orang lain, adalah prinsip dasar yang harus dipegang teguh.

Kematangan berpikir dan kedewasaan seseorang terlihat ketika mereka mampu memahami dan menghormati isu-isu amat sakral dalam kepercayaan agama. Sensitivitas terhadap isu-isu tersebut, terutama dalam bentuk candaan atau pengolok-olokan, tidak boleh dianggap remeh. Hanya orang yang rendah rasa empatinya, kurang cerdas, dan punya ambisi kuasa yang biasa melakukan hal ini.

Orang yang bijaksana dan cerdas, pasti sepakat bahwa agama seharusnya tidak dijadikan bahan candaan atau alat politik identitas. Terutama oleh para pemimpin politik, elit politik, atau tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar. Penggunaan isu agama dalam pidato publik atau kampanye politik dapat menimbulkan konflik horizontal, dan memicu politisasi agama yang seharusnya dihindari.

Bila kesalahan komunikasi terjadi, langkah-langkah klarifikasi dan permintaan maaf segera harus diambil. Ujaran yang tidak tepat dapat memicu ujaran kebencian yang bertentangan dengan prinsip perdamaian, keadilan, dan kesetaraan. Penolakan dengan rasionalisasi atau counter attack yang terkesan membela diri, tentu saja ini kontra produktif. Malah dapat memperburuk situasi dan merugikan semua pihak.

Mengakui kesalahan, menunjukkan niat baik untuk memperbaiki, dan berjanji untuk tidak mengulanginya adalah langkah yang bijaksana. Dalam konteks komunikasi publik, memiliki banyak ide dan gagasan baru untuk perubahan positif adalah kunci kesuksesan bersama. Hindarilah bermain dan memainkan isu-isu sensitif yang berkaitan dengan nilai sakral dan etika, sehingga masyarakat dapat tetap bersatu dan damai.

Akhirnya, kita pun harus menyadari bahwa kesalahan komunikasi terkait isu agama dapat memiliki dampak yang merugikan. Langkah-langkah klarifikasi, permintaan maaf, dan kesediaan untuk belajar menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini. Hanya dengan komunikasi yang bijaksana, menghargai nilai-nilai sakral, dan menghindari politisasi agama, kita dapat membangun masyarakat yang bersatu dan damai.

Untuk itu, mari bersama-sama berkomitmen untuk berkomunikasi dengan bijaksana, memahami sensitivitas isu-isu agama, dan menjaga perdamaian dalam keberagaman. Dengan menghindari kesalahan komunikasi, kita dapat menciptakan dunia yang lebih harmonis dan adil bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun