Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Melaporkan Konflik Sensitif: Etika Jurnalisme dalam Kasus Palestina-Israel

12 Oktober 2023   16:57 Diperbarui: 12 Oktober 2023   17:13 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik Palestina-Israel | Image: theatlantavoice.com

"Dalam dunia di mana berita dapat dengan cepat menjadi viral, kata-kata jurnalis memiliki kekuatan untuk membentuk pandangan masyarakat." @agungmsg

Dalam dunia jurnalistik, ada satu hal yang paling menantang: bagaimana mengeksplorasi dan melaporkan konflik yang sangat sensitif. Dalam konteks ini, mari kita membahas konflik Palestina-Israel sebagai contoh, meskipun prinsip-prinsip yang kita bahas berlaku luas untuk konflik-konflik sensitif lainnya di seluruh dunia.

Konflik seperti ini memang seperti medan ranjau bagi para jurnalis. Terkadang, bahkan orang awam tergoda oleh berita dari sumber media terkenal dan populer, sehingga menjadi sangat penting untuk berbicara tentang bagaimana seharusnya seorang jurnalis menempatkan diri dalam situasi yang sangat kompleks dan emosional seperti ini.

Pertama-tama, jurnalis harus memahami bahwa setiap kata yang mereka pilih memiliki dampak besar. Kesalahan dalam penggunaan bahasa dapat memicu reaksi berantai yang bisa memperburuk situasi dan memunculkan ketidaksetujuan yang mendalam. Dalam dunia di mana berita dapat dengan cepat menjadi viral, kata-kata jurnalis memiliki kekuatan untuk membentuk pandangan masyarakat.

Dalam menghadapi konflik seperti Palestina-Israel, atau konflik sensitif lainnya, jurnalis harus ekstra hati-hati dalam menentukan sudut pandang yang akan mereka ambil. Mereka harus berusaha untuk tetap netral dan berpegang pada kode etik jurnalistik. Ini adalah langkah pertama dalam memastikan bahwa pemberitaan mereka tidak menjadi sumber polarisasi yang lebih besar.

Tak hanya itu, jurnalis juga harus mencegah diri mereka dari mengambil posisi yang dapat disalahgunakan untuk menghasut atau memanfaatkan situasi. Memperhatikan akurasi dan kebenaran informasi yang mereka laporkan adalah kunci. Terkadang, kebenaran tidak selalu hitam atau putih; konflik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai nuansa yang rumit.

Penting juga untuk tidak langsung menyalahkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dalam mengejar keadilan dan perdamaian, jurnalis harus memahami bahwa pihak yang terlibat memiliki sejarah, budaya, dan alasan tersendiri. Menyalahkan atau menjustifikasi aksi kekerasan sebagai tindakan teroris adalah sebuah kesalahan besar. Perlawanan bisa menjadi respons terhadap ketidakadilan, dan melihatnya dalam konteks yang lebih luas adalah tugas seorang jurnalis yang bijak.

Dengan kata lain, seorang jurnalis dalam menghadapi konflik yang sangat sensitif harus bertindak sebagai mediator informasi yang obyektif. Mereka harus menjadi suara yang adil, berbicara atas nama kebenaran, dan mencoba untuk membawa pandangan yang seimbang kepada pembaca. Pemberitaan mereka harus berfokus pada pemahaman, perdamaian, dan penyelesaian, bukan pada menambah minyak ke api konflik.

Jurnalis memiliki peran penting dalam membantu masyarakat memahami konflik-konflik yang sangat kompleks dan emosional. Dengan menempatkan diri dengan baik, benar, tepat, dan bijak, mereka dapat membantu masyarakat melihat lebih dari satu sisi cerita dan merangkul perspektif yang beragam. Dalam situasi yang penuh konflik, jurnalis yang menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab dapat menjadi sumber cahaya di tengah kegelapan, membantu membangun jalan menuju perdamaian yang dicari semua pihak.

Prinsip-Prinsip Jurnalisme Etis dalam Melaporkan Konflik dan Isu Sensitif

Beberapa poin yang dapat membantu seorang jurnalis untuk menempatkan diri dengan baik dan memberikan penilaian yang seimbang:

1. Objektivitas dan keseimbangan. Jurnalis harus berusaha untuk tetap netral dan objektif dalam melaporkan berita. Mereka seharusnya tidak terlalu cepat memberikan label seperti "teroris" atau "perlawanan" tanpa mengumpulkan cukup informasi dan bukti. Sebaliknya, jurnalis seharusnya mencari sumber informasi yang beragam dan berimbang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang situasi.

2. Perhatikan konteks sejarah. Mengerti konteks sejarah dari konflik yang sedang terjadi adalah sangat penting. Ini termasuk memahami akar penyebabnya, sejarah perjanjian damai, dan evolusi kelompok-kelompok yang terlibat. Tanpa pemahaman ini, sangat sulit untuk memberikan penilaian yang tepat.

3. Hindari generalisasi. Jurnalis seharusnya tidak menggeneralisasi seluruh kelompok berdasarkan tindakan individu atau kelompok kecil. Ini dapat memicu stereotip dan memperburuk konflik.

4. Wawancara dengan berbagai pihak. Mendekati berbagai pihak yang terlibat dalam konflik, termasuk para pemimpin Palestina dan Israel, serta ahli-ahli yang berkompeten dalam masalah tersebut, dapat memberikan perspektif yang lebih lengkap dan akurat.

5. Transparansi dalam sumber informasi. Jika seorang jurnalis mengutip pernyataan dari pihak tertentu, sebaiknya mereka menyediakan informasi tentang latar belakang dan kepentingan pihak tersebut untuk memungkinkan pembaca untuk mengevaluasi konteksnya.

6. Lihat perspektif internasional dan hukum internasional. Melibatkan pandangan hukum internasional dalam melaporkan konflik internasional adalah penting. Ini dapat membantu dalam memahami legalitas aksi militer dan konsekuensinya. Hal yang sama juga berlaku bila itu terjadi di dalam negeri. Perspektif nasional dan hukum nasional, juga harus bisa dikedepankan.

7. Kritik terhadap semua pihak. Jurnalis harus siap untuk mengkritik tindakan yang tidak sesuai dengan hukum internasional, termasuk tindakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Ini akan memperkuat kesan netralitas dan kredibilitas jurnalis.

8. Pentingnya fakta dan bukti. Jurnalis seharusnya mengutamakan fakta dan bukti. Mereka tidak boleh mudah terjebak dalam penyebaran informasi yang tidak terverifikasi. Bila fakta dan bukti tersambung, maka manfaat akan muncul dengan sendirinya.

9. Bertanggung jawab dan siap bertanggung gugat dalam penggunaan terminologi. Penggunaan istilah seperti "teroris" harus dilakukan secara hati-hati dan berdasarkan definisi hukum internasional yang sesuai.

10. Dampak etis dan kemanusiaan. Jurnalis juga harus mempertimbangkan dampak etis dan kemanusiaan dari liputannya. Ini termasuk pertimbangan terhadap potensi dampak psikologis dan keamanan dari berita yang mereka publikasikan.

Ketika berhadapan dengan konflik yang sangat sensitif seperti konflik Palestina-Israel, penting untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip jurnalisme yang etis dan berusaha memberikan laporan yang akurat dan berimbang kepada pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun