Kolaborasi dengan Penyusun Anggaran: Audit internal bekerja sama dengan tim penyusun anggaran untuk memberikan masukan dan rekomendasi terkait pengelolaan risiko dalam anggaran. Mereka memberikan perspektif independen dan bimbingan untuk memastikan pengelolaan risiko terintegrasi dengan baik. Kolaborasi antara audit internal dan penyusun anggaran memantau risiko dan kepatuhan anggaran secara lebih baik.
Menurut laporan The Institute of Internal Auditors (IIA) tahun 2022, 87% perusahaan melibatkan audit internal dalam pengelolaan risiko dan penyusunan anggaran. Penerapan Risk-Based Budgeting dengan melibatkan pemilik risiko, manajemen risiko, dan audit internal, seperti yang ditemukan oleh Deloitte Research tahun 2021, meningkatkan transparansi, keakuratan, dan akuntabilitas dalam penyusunan anggaran organisasi.
Melibatkan pemangku kepentingan yang relevan, seperti pemilik risiko, manajemen risiko, dan audit internal, dalam Risk-Based Budgeting penting untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko ke dalam penyusunan anggaran.
Langkah-langkah Implementasi Risk-Based Budgeting
Menurut laporan dari Harvard Business Review pada tahun 2022, perusahaan yang menerapkan Risk-Based Budgeting dengan baik dapat mengurangi anggaran hingga 15% dalam dua tahun. Teknologi seperti analisis data dan kecerdasan buatan dapat digunakan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi dampak risiko terhadap anggaran, meningkatkan akurasi dan efisiensi proses tersebut.
Langkah-langkah implementasi Risk-Based Budgeting melibatkan identifikasi risiko, evaluasi dampak risiko terhadap anggaran, penentuan prioritas anggaran, dan pemantauan serta penyesuaian anggaran.
1. Dalam identifikasi risiko, data dikumpulkan dan risiko-risiko yang mungkin dihadapi organisasi dianalisis. Risiko-risiko yang signifikan diprioritaskan berdasarkan dampak dan kemungkinan terjadinya.
2. Evaluasi dampak risiko terhadap anggaran melibatkan pengukuran potensi dampak finansial dan identifikasi sumber daya yang terdampak. Ini membantu organisasi mengalokasikan sumber daya dengan cerdas dan mempertimbangkan pemulihan dan mitigasi risiko.
3. Penentuan prioritas anggaran melibatkan alokasi sumber daya berdasarkan risiko dan pengaturan prioritas pengeluaran berdasarkan urgensi risiko. Pengeluaran anggaran harus sejalan dengan upaya penanganan risiko yang diperlukan.
4. Monitoring dan penyesuaian anggaran penting untuk memantau perubahan risiko dan menyesuaikan anggaran secara fleksibel. Fleksibilitas ini memungkinkan organisasi untuk tetap adaptif terhadap perubahan risiko.
Dengan mengikuti langkah-langkah implementasi Risk-Based Budgeting, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya dengan lebih cerdas, mengelola risiko dengan efektif, dan merespons perubahan risiko dengan tepat.
Studi Kasus: Penerapan Risk-Based Budgeting
Sekarang, mari kita melihat contoh penerapan Risk-Based Budgeting pada perusahaan, lembaga negara/pemerintah, dan yayasan/non-profit. Risk-Based Budgeting membantu organisasi mengidentifikasi risiko, mengukur dampak finansialnya, dan mengalokasikan sumber daya anggaran yang sesuai.
1. Contoh Penerapan Risk-Based Budgeting pada Perusahaan:
a. Identifikasi risiko-risiko operasional yang dapat mempengaruhi proses produksi atau layanan pelanggan.
b. Evaluasi dampak finansial dari risiko-risiko tersebut, termasuk biaya pemulihan dan penurunan pendapatan.
c. Penentuan prioritas anggaran untuk mengurangi risiko yang signifikan, seperti investasi dalam keamanan IT.
d. Monitoring dan penyesuaian anggaran sesuai perubahan risiko, seperti melalui pemantauan pasar.