Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Manajemen Risiko dalam Sistem Pemilu Proposional Tertutup dan Terbuka: Kelebihan, Kekurangan, dan Tren Terkini

30 Mei 2023   14:37 Diperbarui: 30 Mei 2023   14:41 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perdebatan ini, manajemen risiko tetap menjadi faktor penting. Setiap perubahan sistem pemilu harus mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin timbul, seperti potensi penyalahgunaan kekuasaan atau politik uang. Dengan menganalisis dan mengelola risiko tersebut, diharapkan sistem pemilu yang dipilih dapat menghasilkan pemilihan yang adil, representatif, dan stabil bagi masyarakat.

Kesimpulan

Sistem pemilu proporsional tertutup dan proporsional terbuka memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dari perspektif manajemen risiko. Sistem pemilu proporsional tertutup dapat meningkatkan peran partai politik dalam kaderisasi dan memudahkan teknis pemilu, tetapi dapat mengancam kedaulatan rakyat dan meningkatkan risiko nepotisme. Di sisi lain, sistem pemilu proporsional terbuka memberikan kontrol lebih besar kepada pemilih, tetapi berisiko fragmentasi suara dan politik uang.

Dalam manajemen risiko, kedua sistem harus mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi. Sistem pemilu proporsional tertutup perlu menjaga integritas dan transparansi dalam penentuan calon untuk menghindari korupsi atau nepotisme. Sementara itu, sistem pemilu proporsional terbuka perlu memperhatikan risiko fragmentasi suara dan memastikan mekanisme pengawasan yang kuat.

Perdebatan mengenai sistem pemilu proporsional tertutup dan terbuka terus berlangsung. Beberapa pihak mendukung kembalinya sistem pemilu tertutup sebagai alternatif, sementara yang lain menganggap sistem terbuka lebih demokratis. Sikap partai politik bervariasi tergantung pada kepentingan masing-masing.

Dalam pengambilan keputusan mengenai sistem pemilu, manajemen risiko tetap menjadi faktor penting. Perubahan sistem harus mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin timbul dan menerapkan mekanisme pengendalian risiko yang sesuai. Dengan memperhatikan manajemen risiko, diharapkan sistem pemilu yang dipilih dapat mencapai pemilihan yang adil, representatif, dan stabil bagi masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun