Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Kekayaan dalam Islam: Tidak untuk Bermegah-Megahan, Tetapi Untuk Membantu Sesama

10 Maret 2023   13:07 Diperbarui: 10 Maret 2023   14:14 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadikan anugrah kekayaan untuk membantu sesama yang membutuhkan, bukan untuk dipamerkan | pixabay.com

Kekayaan adalah topik yang selalu menarik perhatian banyak orang. Namun, tak jarang orang salah kaprah dalam memandang kekayaan itu sendiri. Banyak yang menganggap bahwa orang yang suka pamer harta adalah ciri dari orang kaya, padahal sebenarnya kekayaan memiliki makna yang lebih luas dari sekadar harta belaka, khususnya dalam perspektif Islam.

Kekayaan dalam Islam tidak hanya meliputi aspek material, tetapi juga spiritual. Sebagai seorang muslim, kita harus mampu mencapai keseimbangan antara keduanya. Kekayaan dalam Islam merupakan anugerah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan cara mendapatkan harta yang halal.

Konsep kekayaan dalam Islam pun perlu dilihat kembali dengan lebih bijak, agar kita bisa membangun kekayaan dengan cara yang tepat dan bertanggung jawab. Kekayaan dalam Islam bukan hanya sekedar sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup, namun juga ujian dan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Selain itu, kekayaan jiwa dan hati juga memiliki peran penting dalam Islam, yaitu menjaga kehormatan diri dan bersyukur pada Allah. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk memahami konsep kekayaan dalam Islam dengan baik agar dapat memanfaatkannya dengan bijak dan bertanggung jawab.

Kekayaan Itu Maknanya Luas

Menurut pandangan Islam, kekayaan memiliki arti dan makna yang luas. Kekayaan tidak hanya diartikan atau terbatas sebagai harta benda semata, tetapi juga mencakup kekayaan jiwa dan hati.

Kekayaan jiwa dan hati dapat dilihat dari rasa syukur, ikhlas dalam menerima segala hal dari Allah SWT, menjaga 'iffah (menahan diri) dan kehormatan diri.

Dalam Islam, seseorang yang kaya adalah orang yang mampu mencukupi kebutuhannya atau disebut dengan aghniya.

Selain itu, dalam Islam, kekayaan juga diartikan sebagai suatu jalan menuju kejayaan. Untuk meninggalkan generasi yang lebih baik dan kuat, untuk membantu sesama, untuk memakmurkan masjid, hingga untuk dipakai dalam jalan dakwah.

Oleh karena itu, mencari kekayaan dunia bisa dianggap sebagai suatu kewajiban untuk menghindari dari perbuatan meminta-minta. Bisa juga menjadi sunnah apabila itu diniatkan untuk memberikan tambahan nafkahnya dan nafkah keluarganya. Seperti melapangkan orang-orang fakir, menyambung silaturahmi, memberi balasan atau hadiah pada kaum kerabat.

Selain itu bisa juga jadi mubah, atau diperbolehkan, bila usaha tersebut memberikan tambahan dari kebutuhan atau dengan tujuan berhias dan menikmati. Hanya saja bisa jadi makruh, bila usahanya itu untuk dapat dibangga-banggakan, bermegah-megahan, menyombongkan diri hingga melewati batas. Tapi kekayaan itu bisa jadi haram, saat dicari dengan cara suap, riba, atau hal yang dilarang oleh agama.

Kekayaan, Bukanlah Tujuan Utama Kita Hidup Di Dunia

Menurut Islam, kekayaan bukanlah tujuan utama dalam hidup manusia. Kekayaan hanyalah salah satu aspek dari hidup manusia yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu orang lain. Ada beberapa konsep dan makna penting tentang kekayaan dalam Islam, antara lain :

1. Kekayaan adalah anugerah dari Allah SWT yang harus dipergunakan dengan baik dan bijaksana.
2. Kekayaan tidak boleh menjadi tujuan akhir hidup manusia. Kekayaan harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperbaiki kualitas hidup, dan membantu sesama manusia.
3. Kekayaan harus didapatkan dengan cara yang halal, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Islam sangat menekankan pentingnya memperoleh kekayaan dengan cara yang benar dan jujur, tanpa merugikan orang lain atau melakukan tindakan yang dilarang dalam agama.
4. Kekayaan adalah ujian dari Allah SWT. Allah memberikan kekayaan kepada manusia untuk menguji kesetiaan dan ketaatan mereka kepada-Nya. Oleh karena itu, manusia harus mempergunakan kekayaan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.
5. Kekayaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Manusia sebagai khalifah di bumi diberi tanggung jawab untuk memelihara dan memanfaatkan kekayaan sesuai dengan kehendak Allah SWT dan kepentingan umat manusia.

Dalam Islam, kekayaan bukanlah tujuan akhir hidup manusia, melainkan hanya sebuah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual, agar hidup manusia dapat terpenuhi dengan baik di dunia dan di akhirat.

Mengumpulkan Kekayaan dalam Perspektif Islam

Perspektif Islam tentang mengumpulkan kekayaan adalah bahwa kekayaan itu sendiri bukanlah tujuan utama dalam hidup manusia. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa kekayaan harus diperoleh dengan cara yang halal dan harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan membantu orang lain.

Islam juga menekankan bahwa kekayaan yang diperoleh secara tidak adil atau dengan cara yang dilarang dalam agama, seperti riba atau penipuan, adalah haram dan tidak dapat diterima dalam Islam. Oleh karena itu, cara-cara yang tidak jujur atau merugikan orang lain untuk memperoleh kekayaan tidak diterima dalam pandangan Islam.

Islam juga menekankan pentingnya mempergunakan kekayaan dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Kekayaan bukanlah milik individu semata, melainkan adalah amanah dari Allah SWT yang harus dipertanggungjawabkan oleh manusia.

Dalam perspektif Islam, kekayaan dapat menjadi ujian bagi manusia, dan manusia harus dapat mempergunakan kekayaannya dengan cara yang baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Kekayaan harus dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas hidup dan membantu sesama manusia, serta sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa mengumpulkan kekayaan bukanlah tujuan utama dalam hidup manusia, namun merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat dengan cara yang benar dan jujur

Distribusi Kekayaan dalam Pandangan Islam

Islam mengajarkan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam distribusi kekayaan. Menurut pandangan Islam, kekayaan tidak boleh dikumpulkan hanya pada sekelompok kecil orang atau individu tertentu, namun harus didistribusikan secara adil kepada seluruh masyarakat.

Islam memperkenalkan berbagai mekanisme untuk memastikan distribusi kekayaan yang adil, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Zakat adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim yang mampu, dan dana yang terkumpul dari zakat digunakan untuk membantu kaum miskin, fakir, dan orang-orang yang membutuhkan. Infak, sedekah, dan wakaf juga merupakan cara-cara yang diajarkan oleh Islam untuk membagi kekayaan kepada orang lain.

Islam juga mengajarkan tentang tanggung jawab sosial, bahwa orang yang memiliki kekayaan harus memikirkan kepentingan orang lain dalam keputusan-keputusan yang diambil. Dalam Islam, orang kaya tidak hanya bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, tetapi juga bertanggung jawab untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

Namun demikian, Islam juga mengakui hak kepemilikan individu atas kekayaan. Seorang muslim berhak memperoleh dan mempertahankan kekayaannya asalkan didapatkan secara halal dan tidak merugikan orang lain. Dalam pandangan Islam, kebebasan berusaha dan hak kepemilikan individu harus dipertahankan, namun harus dipergunakan dengan bertanggung jawab dan diimbangi dengan tanggung jawab sosial.

Dalam kesimpulannya, Islam memandang distribusi kekayaan sebagai suatu kewajiban sosial dan menekankan pentingnya keadilan dalam membagi kekayaan kepada seluruh masyarakat. Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang halal dan jujur harus dimanfaatkan secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan membantu orang lain.

Ciri-Ciri Orang Kaya Menurut Islam

Dalam pandangan Islam, karakteristik seseorang yang kaya harus mencerminkan nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, ketekunan, dan kerendahan hati. Berikut adalah beberapa karakteristik orang kaya menurut Islam :

1. Halal dan Jujur. Kekayaan harus diperoleh dengan cara yang halal dan jujur. Islam melarang mendapatkan kekayaan melalui cara-cara yang dilarang dalam agama, seperti riba, judi, dan mencuri.
2. Sabar dan Berusaha Keras. Orang kaya dalam Islam harus sabar dan berusaha keras dalam meraih kekayaan. Kekayaan tidak dapat diperoleh dengan mudah tanpa usaha yang keras.
3. Rendah Hati. Orang kaya dalam Islam harus bersikap rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang lain karena kekayaannya. Kekayaan dalam pandangan Islam bukanlah ukuran keunggulan seseorang.
4. Suka Memberi. Orang kaya dalam Islam harus suka memberi dan membantu orang lain yang membutuhkan. Kekayaan yang dimiliki seorang muslim adalah amanah dari Allah SWT yang harus dipergunakan untuk membantu orang lain.
5. Tidak Boros. Orang kaya dalam Islam harus cerdas dalam memanfaatkan kekayaannya dan tidak boleh boros dalam penggunaannya. Kekayaan yang dimiliki seorang muslim harus dimanfaatkan dengan bijaksana.
6. Berwawasan Panjang. Orang kaya dalam Islam harus berwawasan panjang dan memikirkan masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka harus mempertimbangkan investasi yang aman dan halal yang dapat memberikan manfaat jangka panjang.
7. Bertanggung Jawab Sosial. Orang kaya dalam Islam juga harus bertanggung jawab sosial dan memperhatikan kepentingan orang lain dalam keputusan-keputusan yang diambil. Kekayaan bukanlah milik individu semata, melainkan amanah dari Allah SWT yang harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya.

Dalam kesimpulannya, karakteristik seseorang yang kaya dalam pandangan Islam mencakup nilai-nilai kejujuran, ketekunan, dan kerendahan hati. Seorang muslim harus memperoleh kekayaannya dengan cara yang halal dan jujur, serta harus memanfaatkannya dengan bijaksana dan bertanggung jawab sosial. Kekayaan juga harus digunakan untuk membantu orang lain dan memperbaiki kualitas hidup.

Jadi benar kata Rasulullah SAW, bahwa kekayaan hakiki bukanlah banyaknya harta benda, tetapi adalah kekayaan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun