Praktik yang seringkali terjadi sekarang ini adalah HR meneliti pengembangan dan retensi pegawai ini hanya berdasarkan pengamatan bagiannya saja, dan tidak menyertakan pendapat user-nya.Â
Yaitu, dalam hal ini atasan langsungnya. Juga keliru karena tidak menggali lebih dalam data kualitatif dari para pegawainya langsung, baik dengan FGD maupun dengan diskusi-terstuktur dengan sample yang cukup memadai.
#2. Inovasi dalam proses rekrutmen dan perekrutan, termasuk penggunaan teknologi untuk menemukan talenta baru.
Peran HR disini haruslah memastikan bahwa organisasi harus berusaha memperbaharui dan meningkatkan proses mereka untuk mencari dan merekrut karyawan baru.Â
Ini termasuk penggunaan teknologi seperti AI, machine learning, dan platform rekrutmen daring untuk membantu menemukan kandidat yang tepat dan mempercepat proses rekrutmen.Â
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa organisasi dapat menemukan dan merekrut talenta terbaik dengan efisien dan cepat, dan untuk memastikan bahwa proses rekrutmen sesuai dengan tren dan perkembangan teknologi terkini.
#3. Peningkatan keterbukaan dan inklusi di lingkungan kerja melalui program dan kebijakan yang berfokus pada diversity, equity, dan inclusion.
Meski isu rasanya bisa gampang-gampang susah, namun tetap saja organisasi harus berusaha membuat lingkungan kerja yang lebih terbuka, inklusif, dan menerima untuk semua karyawan dengan berbagai latar belakang, identitas, dan kebutuhan.Â
Ini dilakukan melalui implementasi program dan kebijakan yang berfokus pada peningkatan keragaman, kesetaraan, dan inklusi di tempat kerja.Â
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua karyawan merasa diterima dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan sukses dalam pekerjaan mereka.
#4. Perlunya adaptasi dan resiliensi dalam mengatasi perubahan lingkungan kerja yang cepat.