Sepulang dari sebuah urusan di luar rumah, saya membaca ada pesan masuk di WA. Pesan masuk dari seorang guru yang ingin mendiskusikan bagaimana menghadapi siswanya yang menjadi trouble maker bagi siswa lainnya dan guru-guru lainnya.
Katanya, "Siswa itulah yang menjadi pemicu kalas itu tidak nyaman. Sudah dikonsultasikan dengan BK dan wali kelas. Beberapa guru yang mengajar di kelas tersebut juga mendapatkan perlakuan yang sama dari siswa itu. Beberapa siswa yang sekelas pun ternyata sangat terganggu dengan siswa tersebut".
Katanya lagi, "Sudah terlalu sering dia berbuat ulah. Saya selalu menjaga untuk sabar dan tidak marah apa pun tingkah dia. Setiap saya masuk ke kelas tersebut yang ada dibenak saya itu tingkah konyol, apalagi yang akan dia perbuat. Saya bisa nyaman ngajar di kelas itu, apabila dia tidur pulas."
Wah, surprise ! Saya hanya membayangkan, sesibuk apa ya orangtuanya mendidik anaknya selama ini ? Apakah adab dan kesantunan sudah ditanamkan secara sungguh-sungguh, serius, dan mendapat porsi yang banyak sejak dini, pada anaknya ?
Wise Parenting
Masalah itu, mengingatkan saya pada seni pengasuhan yang penuh hormat, sebuah pengasuhan yang bijaksana (wise parenting) adalah pengasuhan untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara bersiap tegas dan lunak. Antara disiplin ketat dan kasih sayang yang tulus.
Itulah yang menjadi inti pendapat Margot Machol Bisnow seorang pakar pengasuhan anak (parenting expert) dalam bukunya "Raising an Entrepreneur: How to Help Your Children Achieve Their Dreams". Buku ini mensarikan gaya pengasuhan utama dari 70 orang tua dari beragam latar belakang yang telah membesarkan anak-anak yang sangat sukses. Mereka punya pola yang sama dalam membantu anak-anak mereka mencapai impian mereka. Pola yang sama itu adalah "pengasuhan yang penuh hormat."
Pendapat ini juga sejalan dengan apa yang pernah Mamah Dedeh sampaikan. Bahwa mengasuh anak itu seperti kita menerbangkan layang-layang. Dinaikkin, ditarik-tarik, diulur, ditarik-tarik lagi, diulur dan ditarik lagi hingga layangan itu terbang mengangkasa dan berada diatas sana. Melawan angin, berada di atas langit, dan ternikmati oleh semua.
Pengasuhan yang penuh hormat, adalah pengasuhan dengan penetapan standar dan aturan yang ketat. Misalnya, hanya hanya main hp di luar keperluan sekolah di waktu tertentu. Di waktu bersamaan, orang tua pun harus menghormati pilihan anak-anaknya. Misalnya, membiarkan mereka memilih sendiri kegiatan ekstrakuler apa yang akan mereka ikuti di sekolah.
Pengasuhan Yang Penuh Hormat
Bisa jadi, cerita siswa yang sering jadi trouble maker itu, adalah karena siswa itu selama ini diasuh dalam keluarganya dalam pola pengasuhan yang tidak penuh hormat. Ia jadi tidak tahu, bagaimana seharusnya dia bersikap, bergaul, dan menerapkan adab.
Pengasuhan yang penuh hormat (respectful parenting) menurut saya sendiri adalah semacam pengasuhan dengan menggunakan otak kiri dan otak kanan. Antara hati, ilmu, sikap, pengalaman dan imajinasi buat mereka. Menghargai individualitas anak dan tidak mendikte anak bagaimana mereka harus merespon dan bersikap. Tidak permisif, memanjakan secara berlebihan untuk menghindari konflik, over protectif, atau pun "otoriter". Tidak juga berkomunikasi satu arah, namun dialogis sesuai kebutuhan emosional anak. Mereka adalah makhluk yang unik, mandiri, rasional dan ingin eksistensinya dihargai.
Intinya pola pengasuhan "respectful parenting" ini akan menjadi kunci kesuksesan pengasuhan anak yang bijaksana untuk kini dan masa depan anak nanti.
Jangan Terlalu Terlibat, Beri Mereka Ruang Gerak
Orang tua yang sukses membesarkan anaknya mereka punya gaya "tidak terlalu terlibat" dalam pola pengasuhannya. Mereka memberikan anak-anak mereka kebebasan dan kemandirian untuk mengejar passion mereka, sekaligus memberikan dukungan moral dan finansial. Jadi, bukan dengan gaya orang tua yang "terlalu terlibat" yang cenderung mengontrol setiap gerakan anak-anak. Sebuah pilihan yang tidak bijak bila orang tua over protective, over possive, dan seringkali menentukan jalur hidup anak-anak mereka.
Orang tua yang sukses akan selalu memberikan dukungan moral dan finansial kepada anak-anak mereka, serta memberikan mereka kebebasan untuk mengejar passion mereka. Dalam waktu yang bersamaan, mereka juga membantu anak-anak mereka untuk menjadi lebih mandiri dan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Hal ini dapat mengarah pada kesuksesan dalam bidang apapun yang anak-anak tersebut minati.
Karena bagaimana pun juga, anak adalah anak. Anak adalah selembar kertas yang membutuhkan cinta, batasan, keleluasaan dan dekapan hangat. Potensi mereka akan muncul justru saat kita punya pengetahuan dan kebijaksanaan mengenai pola asuh spiritual yang mendalam, bukan dengan pendekatan kekuasaan. Harus ini, harus itu. Tak boleh ini, dan tak boleh itu.
Lima Pilar Pengasuhan yang Penuh Hormat
Ada banyak cara, pendekatan dan metode dalam pengasuhan anak. Dalam pengasuhan yang penuh hormat, setidaknya ada tiga pilar yang harus diperhatikan, tanpa mengesampingkan hal-hal lain yang bisa mendukung terbentuknya pola pengasuhan yang penuh hormat.
Pertama, niat dan adab. Niatkan sebagai media untuk beribadah kepada Allah atas titipan atau amanah ini. Juga niatkan untuk menjaga kehormatannya, nama baiknya, dan benar sejak awal dalam setiap pilihan aktivitasnya. Selain itu, orang tua pun wajib membimbing anak pada pergaulan yang sesuai tuntutan agama, serta mencegah dari perbuatan yang dilarang-Nya.
Sementara soal adab adalah memberikan keteladanan bagaimana menghormati orang lain, respect kepada orang yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda. Adab disini juga berarti mentaati ajaran-ajaran kebaikan dan peraturan yang diberlakukan, serta bersyukur pada apa yang ada dan pada segala karunia yang telah diberikan-Nya.
Kedua, kehangatan. Pastikan mereka mendapatkan rasa kasih dan sayang, setiap mereka meminta bantuan Anda. Kasih dan sayang itu juga harus terasakan saat orang tua berdua dengan mereka atau di waktu family time bersama. Untuk semua upaya ini, jelas orang tua perlu "menangani" kesulitan anak dengan ketahanan dan kreativitas. Kenapa ? Karena sesekali sikap mereka suka tak terduga, bahkan bisa menyakitkan hati.
Kata orang tua dulu sih, kita harus bersabar. Tangguh dalam kesabaran "Ya, namanya juga anak-anak...".
Ketiga, terstruktur. Biarkan anak menentukan pilihannya sendiri, selama harapannya terpenuhi.
Bimbing mereka melalui bagaimana hal-hal dapat dilakukan dengan lebih baik. Harapkan mereka untuk melakukan sesuatu, meskipun itu sulit. Biarkan anak tumbuh dengan aturan ketat, disiplin yang tinggi dan "tertruktur", tetapi anak diberikan kebebasan penuh untuk mengejar tujuan sendiri.
Keempat, mendukung. Beri dukungan penuh dan tulus untuk mereka. Kita pun sama-sama menyadari, anak-anak merupakan individu yang unik dengan pandangan dan perasaan mereka sendiri. Sebagai orang tua atau pendidik, penting untuk memberikan anak hak untuk mengekspresikan sudut pandang mereka dan menghormati privasi mereka.
Kelima, sesuai konteks dan zamannya. Pilar terakhir ini yang sangat menantang bagi para orang tua atau pendidik. Khususnya keterampilan orang tua dalam menerapkan literasi digital secara bijaksana. Digital parenting perlu diterapkan dengan baik, benar dan bijaksana sesuai kebutuhan dan masa perkembangan anak. Ini mengingatkan kita pada pesan Ali bin Abi Thalib, "Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu".
Berikan Keleluasaan Pada Proses Pembelajaran
Jangan terlalu cepat dalam membuat koreksi konstan pada tindakan atau ucapan mereka, karena ini dapat menghambat proses pembelajaran mereka. Biarkan kekeliruan yang tak sengaja dan kegagalan menjadi bagian dari proses pembelajaran, karena ini akan membantu anak-anak untuk belajar dari kesalahan mereka dan tumbuh menjadi individu yang mandiri dan tangguh.
Karena itu, pengasuhan yang bijaksana adalah kunci kesuksesan dalam mengasuh anak. Ini adalah seni menemukan keseimbangan yang tepat antara bersiap tegas dan lunak, antara disiplin ketat dan kasih sayang yang tulus. Pola pengasuhan yang sama digunakan oleh 70 orang tua dari beragam latar belakang yang telah membesarkan anak-anak yang sangat sukses adalah "pengasuhan yang penuh hormat". Hal ini berarti menetapkan standar dan aturan yang ketat serta menghormati pilihan anak-anak.
Jadi, jika Anda ingin anak Anda menjadi orang sukses, cobalah untuk memberikan dukungan moral dan finansial serta memberikan mereka kebebasan untuk mengejar passion mereka. Jangan terlalu terlibat dalam kehidupan anak Anda dan biarkan mereka menemukan jalur hidup mereka sendiri. Semua itu akan bisa mewujud bila orang tua memberikan pola pengasuhan yang penuh hormat atas dasar niat dan adab yang benar, hangat dan penuh kasih sayang, terstuktur, dan selalu mendukung di setiap tahap tumbuh kembang anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H