Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Retention Strategy: Mencegah Karyawan Bintang Keluar Perusahaan

24 Januari 2023   22:08 Diperbarui: 26 Januari 2023   14:22 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurangnya penghargaan dalam bentuk waktu lembur juga menjadi alasan. Salah satu bentuk kurangnya penghargaan yang sering dijumpai di perusahaan adalah tidak mempertimbangkan jam kerja karyawan yang harus lembur.

Beberapa contoh yang sering terjadi adalah: Perusahaan yang menganggap hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur karyawan, tetapi tetap meminta karyawan untuk bekerja lembur pada hari tersebut.

Ini contohnya. Acara Tour Karyawan atau Family Gathering perusahaan yang menggunakan waktu libur karyawan, padahal banyak karyawan yang menginginkan waktu libur itu sebagai waktu yang eksklusif bagi keluarga mereka.

Hal yang sama juga terjadi saat peraturan perusahaan yang diadakan dua tahun sekali dilakukan. 

Contoh lainnya, acara rapat kerja nasional diadakan pada hari Senin pagi, tetapi karyawan harus check-in pada hari Minggu siang di tempat rapat yang berada di sebuah hotel di luar kota.

Bentuk kurangnya penghargaan, juga bisa terjadi saat atasan yang tidak memberikan pujian atau penghargaan saat target tercapai, tetapi justru memberikan teguran saat target tidak tercapai. Tempat ibadah yang sempit, tidak memadai, dan ditempatkan di sudut bangunan yang tidak nyaman, atau tempat istirahat yang tidak memadai dan tidak memberikan kenyamanan saat istirahat juga bisa jadi faktor lainnya.

Pemberian penghargaan karyawan yang sama untuk semua juga bisa jadi masalah. Banyak organisasi memiliki Hari Penghargaan Karyawan sekali setahun di mana semua orang diakui dan diperlakukan sama.

Namun, masalahnya adalah tidak semua orang memiliki keterampilan yang sama, memberikan kontribusi yang sama, atau secara teratur melakukan upaya yang sama.

Menerima pengakuan yang sama dengan seseorang yang melakukan pekerjaan sesedikit mungkin mengecewakan bagi mereka yang berusaha lebih keras, membawa antusiasme ekstra pada pekerjaan mereka, dan memberikan yang terbaik setiap hari.

Para karyawan harus diakui atas prestasinya, namun juga harus diberikan kesempatan untuk menyampaikan bagaimana mereka ingin diakui.

Betapa pentingnya untuk mengenal orang-orang dan menghargai mereka dengan cara yang sesuai dengan keinginan mereka agar dapat terhubung (engagement) dengan mereka secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun