Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Berutang Itu Berat, Awas Jadi Tabiat!

31 Desember 2022   05:59 Diperbarui: 31 Desember 2022   09:10 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Utang itu masalah serius, baik di level pribadi, perusahaan, hingga negara. Serius di dunia, lebih serius lagi di akhirat. Saya katakan serius, karena banyak orang atau pengutang yang tidak nampak sungguh-sungguh serius untuk menghindari dan membayar utangnya.

Riset pribadi juga menunjukkan bahwa orang yang terjebak utang dan riba, hidupnya tak akan bahagia. Malah ia berpura-pura seolah-olah hidupnya baik-baik saja, dan bahagia. Namun, satu fakta yang sulit dibantah adalah bila utang jadi tabiat, maka hidup kita akan jadi tersekat. Hati akan berkarat. Apalagi bila utang jadi hobi, maka siap-siaplah tak punya harga diri. Lelah badan sepanjang hari cari uang, hanya untuk bayar utang.

Dengan kata lain, bila hidup ingin berkah, merdeka dan bahagia, hindari masalah dari utang dan riba. Gundah, gelisah, susah dan resah, seringkali mewarnai orang-orang yang punya utang di dunia. Satu hal yang lebih mengerikan, utang itu bisa jadi tabiat buruk. Utang juga bisa kian membelit, dan jadi karakter buruk !

Karena itu, bagi banyak pengusaha, wiraswastawan, entrepreneur, pebisnis, atau apa pun namanya, hindari utang. Janganlah mulai usaha atau kembangkan usaha dengan utang. Daripada utang, mendingan kumpulkan saja modal. Atau, cari investor dengan sistem bagi hasil sesuai hukum aqidah muamalah dan syar'i. Karena utang itu sebenarnya bentuk ketidaksabaran, dan kekurangan kepercayaan diri kepada rezeki yang sudah Allah tetapkan.

Memulai usaha dengan berutang, atau mengembangkan bisnis dengan utang, itu sebuah kebodohan. Karena ia sedang membayar kepastian (bayar utang atau cicilan utang) dengan ketidakpastian perolehan hasil usaha. Hasil usaha bagaimana pun juga bisa berpotensi kecil, mengecil, atau gagal. Atau tersendat, karena dinamika dunia usaha sunggguh bisa berubah seketika. Disrupsi teknologi, antar generasi, pandemic, hingga digitalisasi, bisa mengubah model bisnis dengan cara yang tak terduga.

Berutang juga berarti mengembangkan bisnis melebihi kapasitas kemampuan (bayar) dirinya. Celakanya, banyak orang yang terlalu percaya pada institusi perbankan / pembiayaan. Padahal, pemberi utang sudah punya hitungannya sendiri. Selain itu, utang juga bisa menyebabkan usaha dan bisnis kehilangan daya saingnya, karena ia berkutat pada bagaimana mengembalikan utangnya. Energi dan waktunya habis disana. Padahal mengembangkan usaha dan membuat strategi yang membumi, jauh lebih penting daripada hanya melulu fokus untuk bayar utang.

Tabiat Buruk Utang Di Dunia

Secara pribadi, orang yang terlalu percaya diri mampu membayar utang, juga berbahaya. Padahal umur belum tentu ada dan bisa membayar utang, selain hasil usaha yang belum tentu sesuai harapan. Tak sedikit pula, orang yang berutang ditinggalkan ke keluarganya sebagai sebuah warisan.

Dengan kata lain, kebiasaan berutang itu bisa merubah perilaku pelaku usaha. Orang yang suka berutang akan terkena penyakit akut "tabiat buruk utang". Padahal, kalau pun mau berutang, silakan mengutang selama itu ada dalam kondisi darurat. Utang karena kebutuhan darurat itu diperbolehkan, dengan catatan jaminannya harus jauh lebih besar dari nilai utang itu sendiri.

"Bahwasanya  Rasulullah saw pernah membeli makanan dari seorang Yahudi yang akan dibayar pada waktu tertentu di kemudian hari dan beliau menggadaikannya dengan baju besinya" (HR Bukhari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun