Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Financial

Berutang Itu Berat, Awas Jadi Tabiat!

31 Desember 2022   05:59 Diperbarui: 31 Desember 2022   09:10 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Utang itu kekacauan, kegundahan, kehinaan, dan memiskinkan. Hindari utang, dan bila punya utang tunjukkan niat baik untuk membayarnya dengan berbagai cara. Jangan abai, jangan sepelekan. Jadi, mari kita hindari untuk berutang. Bila kita sudah terlanjur berutang, maka segeralah bertobat. Bekerja keras dan berupaya keras untuk membayarnya, dan bersungguh-sunguh dan serius untuk membayar utangnya. Bisa dengan meminta waktu tempo, penghitungan ulang waktu pembayaran dan keringanan, atau dengan serius membayar utang dengan mencicil sebisa dan semampu yang bis akita bayar. Jangan lepas tangan. Jangan hindari masalah. Hadapi, hayati, dan nikmati perjuangan untuk bisa lunas membayar utang.

Utang Perusahaan Dan Negara-Negara "Gagal"

Karakter atau tabiat utang, juga bisa terbawa ke dunia usaha dan perusahaan. Utang perusahaan, bisa jadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang dinyatakan pailit atau bangkrut karena tidak bisa membayar cicilan kredit utang atau beban utang, dialami oleh Nyonya Meneer dan Sariwangi. Utang jumbo juga dialami oleh sejumlah BUMN.  Angkanya sendiri, terkesan "wow".

Lebih jauh, tabiat buruk utang juga bisa berlaku di "level" atau tataran negara. Dalihnya banyak. Seperti karena berkecamuknya inflasi yang disebabkan defisit anggaran meningkat dan cadangan devisa yang menurun tajam. Posisi utang pemerintah suatu negara, biasanya dihitung dengan rasio utang terhadap PDB-nya.

Hanya saja, bila pendapatan negara hanya bertumpu atau lebih banyak bergantung pada pajak, maka keuangan negara itu tak akan sehat. Pemerintahnya akan terus menerus mencari sumber-sumber pajak baru. Batasan maksimal rasio utang juga bisa lebih besar dan terus membesar. Namun, masalah sebenarnya adalah apakah batas aman rasio utang tersebut sudah relevan dengan kondisi dan kemampuan yang ada ?

Di level pribadi, para financial planner biasanya hanya memberi toleransi rasio utang itu maksimal 30% dari rata-raya pendapatan rutin atau gaji. Namun, entahlah saya sendiri tidak tahu batas aman rasio negara yang masuk akal itu berapa %. Hanya saja, sejarah sudah mencatat, banyak negara bangkrut yang bermasalah serius karena utangnya. Mereka miskin, dan bangkrut karena masalah utang. Seperti Afrika Selatan, Angola, Argentina, Ekuador, Ghana, Kenya, Kongo, Laos, Mozambik, Rwanda, Srilangka, Venezuela, Yunani, dan Zimbabwe

Dari catatan sejarah ini, tak ada salahnya bila kita perlu belajar lagi seperti pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Beliau seorang pemimpin negara yang sukses membawa wilayahnya berlimpah harta dan rakyatnya sejahtera tanpa utang. Tidak ada lagi rakyatnya yang mau menerima zakat, infaq, sadaqah. Semuanya sejahtera. Negara menikahkan pemuda yang tidak mampu. Negara memberi nafkah para janda tetapi harta negara tetap berlimpah, dan ini nyata !

"Ya Allah aku berlindung dari dosa dan jeratan utang"

"Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berutang (yang ingin melunasi utangnya) sampai dia melunasi utang tersebut selama utang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah" (HR. Ibnu Majah)

"Sesungguhnya yang paling di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar utang" (HR. Bukhari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun