Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Karakter Sebelum Pintar, Adab Dulu Sebelum Ilmu

17 November 2022   06:26 Diperbarui: 17 November 2022   06:42 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat sejati, teman setia, mitra terpercaya, profesional yang rendah hati, orang yang hangat dan lekat di hati, adalah sosok yang senantiasa dibutuhkan dan dirindukan. Hebatnya, ini berlaku sepanjang jaman. Sosok ini pun tak jarang kita temukan pada nenek atau kakek kita, atau keduanya. Bisa juga kita temukan pada sahabat-sahabat kita terdahulu saat kita temui mereka sekarang sebagai seorang alumni di sekolah atau program pendidikan tertentu. Baik itu kita temukan di majelis ilmu, kursus, lokakarya, seminar, training, hingga di sebuah komunitas yang sama.

Mereka bisa terlahir bukan dari orang kaya, atau dari kaum berada. Juga bukan karena ganteng atau cantik parasnya. Atau karena ia punya jabatan, kedudukan, atau terkenal karenanya. Namun semata, karena kita benar-benar membutuhkan dan merindukannya. Saat dekat dengan sosok ini, kita merasa aman, nyaman, dan hangat di hati. Begitu pula saat kita berungkap kata, rasanya kata-kata dan ekspresi kita bisa lepas dan akrab seketika. Itulah sosok yang penuh adab dan mudah menerima dan mamahami kita dengan segala kekurangan dan kelemahan kita.   

Kuncinya, saat akhlak mulia berupaya kita terapkan dalam perilaku keseharian, maka adab akan didapatkan. Saat sikap, perkataan atau perbuatan ditinggikan, maka ia akan dimuliakan. tulah adab. Segala sesuatu yang baik, luhur, etik, sopan, santun, dan mengesankan di hati yang suci dan bersih, yaitu qolbun salim. Hati yang telah bebas dari keadaan selain Allah SWT di dalamnya.

 

Menyempurnakan akhlak mulia pada diri kita, pada keluarga kita dan pada orang-orang yang kita cintai atau pada orang yang menjadi tanggungjawab kita, adalah misi terpenting hidup ini. Karena Nabi Muhammad pun diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak. Karena adab dan akhlak mulia sesungguhnya akan menjadi timbangan amal yang lebih berat bagi seorang yang memiliki akhlak yang baik, yang tidak menyukai berbicara nyinyir, keji dan kotor.

 

Orang yang beradab, akan senantiasa ia terobsesi untuk memiliki ketakwaan hati, mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah dan syiar-syiar Allah. Ia pun sangat yakin bahwa semua itu akan menjadi sesuatu yang bernilai, bermakna dan menjadi lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Disisi lain, ia pun akan senantiasa sangat hati-hati dan khawatir, niat baik serta sikap dan perilakunya tanpa ia sadari akan menyakiti orang lain, karena kelak ia tak akan sanggup memikul kebohongan dan dosa yang nyata di depan Tuhannya.

 

Karena semua alasan itu, ia senantiasa respek, hormat dan santun kepada semua guru-gurunya. Ia tak berani beradu argumentasi dengan sengit, memenangkan perdebatan, atau menentang gurunya. Baginya, menentang guru yang beradab dan berakhlak mulia adalah sama saja dengan mengajak perang dan menentang Tuhannya.

Adab Dulu, Baru Ilmu

Adab dan akhlak yang baik itu stratejik. Ia akan mampu menolong dan mempercepat untuk mendapatkan, memahami dan mengamalkan ilmu yang berkah, yaitu ilmu yang terus bertambah dan mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Yusuf bin Al Husain rahimahullah pernah mengatakan : "Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh".

 

Survey membuktikan, semua sosok orang sukses di berbagai lintas profesi selalu saja menomorsatukan adab, karena adab merupakan amal dan ilmu. Karena itu pula, sudah selayaknya kita meyakini sepenuhnya, bahwa saat semua adab kebaikan yang diamalkan, maka dengan sendirinya Allah akan menambahkan kepadanya pemahaman tentang agamanya, kemuliaan kehidupannya, dan keberkahan umurnya. Dengan kata lain, karakter sebelum pinter akan jadi kunci kemuliaan sejati insan pembelajar dan orang profesional.

 

Untuk itu semua, sangat penting diperhatikan bahwa sejak kita berada diperjalanan awal kita berkarir dan mengeluti profesi kita, penting untuk menempatkan bahwa adab dalam menuntut ilmu yang juga merupakan bagian dari ilmu. Adab itu tentu harus bersumber dari dalil-dalil yang kita peroleh dari para pecinta ilmu yang kapasitasnya dan ketawadhuannya sudah teruji dan terbukti, karena ia sendiri telah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adab yang sedikit, jauh lebih kita butuhkan daripada ilmu yang banyak, karena adab terhadap ilmu dan orang yang berilmu, merupakan adab kepada Allah dan Rasul-Nya. Juga karena adab dalam amalan merupakan tanda diterimanya amalan, berkahnya kebaikan, dan semakin dekatnya kita kepada Allah Yang Maha Menggenggam Segala Urusan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun