Saat kita punya bos, maka bos itu bisa jadi takdir kita. Kita tak kuasa untuk dapat memilih bos. Kita tak juga bisa memutar ruang-waktu untuk merubah sedemikian rupa, agar kita mendapat tipikal dan sosok seorang bos yang kita inginkan. Tapi kita punya kuasa untuk memilih sikap terbaik kita kepada bos.Â
Seperti halnya anak buah yang banyak tipikalnya, maka bos pun demikian. Ada beragam tipe bos. Ada yang blagu bergaya bos dan petantang-petengteng arogan. Ada bos yang ambil jarak dan hobi ngasih intruksi ini dan itu. Juga ada bos yang baik hati, ingin selalu populer, selain tipikal bos masa depan, bos yang bertipikal spion, dan juga ada bos pembelajar. Banyak macamnya.
Bila bos kita pintar, maka kita seneng dan akan balap dengannya. Kita jadi terbawa semangat, tambah pintar, dan tertantang untuk belajar cepat dengannya. Tak jarang, ia pun memberikan wewenang penuh kepada kita. Terserah kita mau apa, selama kita yakin, ada anggarannya, ya ekseskusi langsung aja. Meskipun demikian, ia juga selalu membuka pintu kantornya secara terbuka. Bila ragu, perlu pertimbangan lain, silakan didiskusikan. Bila clear, jelas, merasa mantap, putuskan dan laksanakan saja semuanya.
Namun, lain halnya bila kita punya bos yang kurang cerdas tapi sok cerdas, ini yang repot. Ia selalu saja tak mau kalah, namun saat membahas di tataran aplikasi dan teknis, dia manut aja gimana kita. Baginya, senioritas adalah segalanya. Ia ingin ceritanya didengar, meski kadang cerita itu selalu adalah cerita masa lalu yang diulang-ulang. Orang bilang, itu mental spion. Selalu melihat kejayaan masa lalu yang belum tentu pas dan tepat untuk diaplikasikan di jaman sekarang.
Di kasus yang lain, ada juga bos yang tak cerdas, namun punya sikap yang bijaksana dan terbuka. Ini baru enakeun namanya. Ia akan banyak memfasilitasi kita. Ia senang, kalau hal-hal baru bagi dirinya informasinya di-update. Inilah bos pembelajar. Baginya informasi, konsep, management tools, dan informasi baru adalah dunia yang penuh petualangan. Katanya, harus diuji dan dikalibrasi ulang. Apakah pas dan tepat kita pakai itu seluruhnya atau sebagian. Berhubungan dengan bos semacam ini tentu serasa punya teman belajar terus menerus. Keterlibatannya tinggi di awal, baru bila sudah jelas semua konsepnya, ia akan mendelegasikan kepada kita untuk mengeksekusi dan menjalankannya.
Sekali lagi, bos itu adalah masalah persepsi, dan tergantung bagaimana kita mensikapinya. Meski dalam beberapa hal, tak apa kita juga mengalah. Karena "mundur selangkah", bukan berarti kalah. Karena, di ruang pekerjaan itu sebenarnya tak ada istilah "menang dan kalah", yang ada adalah toleransi dan fokus pada kepentingan bersama.
Ngomong-ngomong soal bos, ada anekdot lucu yang saya temukan tahun 2002. Kalau saya baca ulang sekarang, selalu saja suka senyum-senyum sendiri. Dan itu cukup menghibur hati. Sekarang, yuk kita nikmati guyonan tentang bos ini. Dijamin, geli sendiri ! Â
Bila boss bekerja lambat, itu berarti beliau teliti, komprehensif, dan sempurna. Bila staf bekerja lambat, itu berarti dia new bie, kurang jam terbang, dan tidak 'perform' !
Bila boss lambat memutuskan, itu berarti beliau si bos sedang mengedepankan prinsip kehati-hatian. Bila staf lambat memutuskan, itu berarti dia 'telmi', kurang gesit, tidak sat-sit-set !
Bila boss mengambil keputusan cepat, itu berarti beliau berani mengambil keputusan. Bila staf mengambil keputusan cepat, itu berarti dia gegabah ! Katanya, aspek-aspek penting lain sudah dipertimbangkan belum ?
Bila boss bekerja cepat, itu berarti beliau smart. Bila staf bekerja cepat, itu berarti dia terburu-buru !
Bila boss terlalu berani ambil resiko, itu berarti beliau risk-taking. Bila staf terlalu berani ambil resiko, itu berarti dia sembrono!
Bila boss tidak berani ambil resiko, itu berarti beliau 'prudent'. Bila staf tidak berani ambil resiko, itu berarti dia tidak berjiwa bisnis !
Bila boss mem-by-pass prosedur, itu berarti beliau proaktif-inovatif. Bila staf mem-by-pass prosedur, itu berarti dia melanggar aturan !
Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti beliau waspada. Bila staf curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti dia negative thinking!
Bila boss menyatakan "sulit", itu berarti beliau prediktif-antisipatif. Bila staf menyatakan "sulit", itu berarti dia pesimistik!
Bila boss tetap pada pendapatnya, itu berarti beliau konsisten. Bila staf tetap pada pendapatnya, itu berarti dia keras kepala!
Bila boss berubah-ubah pendapat, itu berarti beliau flexible. Bila staf berubah-ubah pendapat, itu berarti dia plin-plan !
Bila boss menyatakan "mudah", itu berarti beliau optimis. Bila staf menyatakan "mudah", itu berarti dia meremehkan masalah
Bila boss sering keluar kantor, itu berarti beliau rajin survey & benchmark ke kompetitor. Bila staf sering keluar kantor, itu berarti dia sering kelayapan !
Bila boss sering entertainment, itu berarti beliau rajin me-lobby customer. Bila staf sering entertainment, itu berarti dia menghamburkan anggaran !
Bila boss tidak pernah entertainment, itu berarti beliau berhemat. Bila staf tidak pernah entertainment, itu berarti dia tidak bisa me-lobby customer!
Bila boss men-service atasan, itu berarti beliau me-lobby. Bila staf men-service atasan, itu berarti dia menjilat !
Bila boss sering tidak masuk, itu berarti beliau kecapaian karena kerja keras. Bila staf sering tidak masuk, itu berarti dia pemalas !
Bila boss minta fasilitas mewah, itu berarti beliau menjaga citra perusahaan. Bila staf minta fasilitas standar, itu berarti dia banyak menuntut !
Yang jelas, bila boss membuat tulisan seperti ini, itu berarti beliau humoris. Namun bila staf membuat tulisan seperti ini, itu berarti dia : frustasi, iri hati, negative thinking, provokatif, baperan, tidak tahan banting, barisan sakit hati, suka terlibat politik di kantor, tidak produktif, tidak sesuai dengan budaya perusahaan, dan kurang kerjaan nulis tulisan kacangan seperti ini panjang-panjang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H