#4. Tipikal Robocop. Punya inisiatif, tegas, aktif, tapi tergantung program (doktrin) yang ditanamkan. Untuk di-upgrade, harus diprogram ulang.
#5. Tipikal Politisi : Lebih pinter membahas, dan kritis, namun malas blusukan atau turun ke lapangan. Senang tampil di panggung besar dan banyak bicara. Bicaranya bagus, tapi banyak berhitung dan kurang tulus. Celakanya, ia pun suka menggerakkan orang-orang baru agar ikut dengan pola pikir dan sikapnya kepada pimpinannya. Tipikal anak buah seperti ini, sangat banyak itung-itungan untung dan ruginya.
#6. Tipikal Pemerhati. Cenderung independen dalam berpikir, namun pasif dalam pendekatan. Dingin, dan kurang human-touch. Emotional Qoustion-nya sedang-sedang saja. Meski ia ramah, punya respek, namun dalam bersosialisasi dan kegiatan kemasyarakatan ia agak sungkan dan kurang cair.
 #7. Tipikal Taruna Pasukan Elit. Aktif, mandiri, jago analisis, berpikir kritis, dan kreatif. Siap dikader jadi jenderal masa depan ! Orang-orang ini seperti anak-anak Management Trainee atau Career Development Program. Seperti orang fresh graduate yang siap dibentuk apa aja.
#8. Tipikal spiritual. Segala sesuatu yang disampaikan ia saring terlebih dahulu dengan ilmu keagamaan. Bila kurang pas, ia sampaikan dengan santun. Bila bagus, dia dukung sepenuhnya, plus dengan afirmasi keyakinan dan kepercayaannya. Kadang, beberapa contoh kisah nabi pun ia ungkapkan. Hanya saja, kadang ia terlalu cool, calm, dan hemat energi. Agresifitasnya kadang kurang untuk mencapai dan melampaui target. Katanya, "Yang penting, niat kita baik. Doa dan usaha tetap jalan !".
Nah, itu berbagai tipikal anak buah yang selama ini saya kenal. Lalu, bagaimana kita mensikapi dan memperlakukan beragam tipikal anak buah seperti itu ?
Bagi saya, itu sangat situasional sekali. Yang jelas, setiap anak buah ingin dirinya dianggap "PenTiL". Alias penting, berarti, dan kita loyal kepadanya. Penting keberadaannya, bararti kontribusinya, dan loyal pada kepentingan hubungan-kerja jangka panjang. Salah satu cara yang bisa dipakai adalah kepemimpinan situasional. Namun, dengan gaya kepemimpinan apa pun namanya, saya rasa bisa juga. Sejauh itu tetap membuat anak buah kita respek, militan, progresif, dan produktif, dan punya sikap yang baik untuk tetap solid.
Pertanyaannya, sekarang : sebelum kita menilai satu persatu anak buah kita, kita sendiri untuk "si bos" atau pimpinan kita sendiri, kita ini tipikal apa ?
Ayo, mari kita menilai diri sendiri terlebih dahulu sebelum menilai orang lain. Mari kita menyapa hati, menimbang rasa : introspeksi pada diri kita sendiri. Dan saat kita sudah jadi anak buah yang baik, benar dan efektif bagi pimpinan langsung kita, sebenarnya kita sudah belajar banyak bagaimana kita jadi pimpinan yang dibutuhkan dan dirindukan oleh anak buah kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H