Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kanjuruhan, Ajakan Kebaikan dan Peradaban

15 Oktober 2022   08:24 Diperbarui: 15 Oktober 2022   09:48 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumentasi Pribadi

Dakwah atau ajakan kebaikan itu susah. Ini benar adanya. Apalagi, kini ada kecenderungan bahwa sebagian orang sepertinya tak butuh lagi dakwah. Mereka berpikir, kalau saya butuh dakwah, inspirasi, pencerahan, ya tinggal buka Google dan YouTube aja. 

 

Padahal, senyatanya tak sesimpel itu. Nilai dakwah itu ada pada effort untuk menyampaikannya. Sedangkan sebagai seorang pembelajar, nilai dakwah itu ada pada saat kita berupaya untuk mendapatkannya. Pergi atau jalan kaki ke majelis ilmu, duduk khusu' dan fokus mencatat, bertanya, dan berguru langsung pada orang alim dan berilmu.

 

Siapa pun, bagaimana pun, dan kapan pun, kita ini butuh dahwah sampai akhir hayat kita. Kita butuh ada orang lain yang selalu mengingatkan dan memicu semangat kebaikan dan kebajikan diri kita. Kita juga butuh di-coaching oleh para pemuka agama, orang bijak, profesional senior, atau orang-orang yang peduli pada diri kita. Termasuk sahabat-sahabat kita. 

 

Satu hal yang sekarang ini mencolok : dakwah di akhir jaman ini, sungguhlah amat berat. Juga rumit, dan susah. Apalagi kalau difokuskan pada soal adab. Padahal, adab itu harus dihidupkan, sementara ilmu harus dimuliakan, dan fitrah harus dijalankan.

 

Kita tahu, pada generasi sekarang ini soal kesantunan, integritas dan adab sungguh seperti barang langka. Betapa tidak, di dunia akademik dan professional, ilmu lebih banyak dilabelisasi dengan gelar. Lalu, dipamerkan dengan kebanggaan, dan ditunjukkan dengan kesombongan. Sementara, untuk merawat firah, sudah tak jelas ini untuk peran siapa, dan untuk gender mana. Selain yang sering kita temukan dimana hati dan perilaku seringkali tak sama.

 

Sekarang, mari kita melihat kehidupan Muhammad bin Abdullah yang memberikan keteladanan nyata, indah dan bermakna soal adab dan pengembangan peradaban. Kita tahu, sepanjang sejarah manusia, tak ada orang yang mengajarkan pola dan metode hidup sehat, sejahtera dan bermakna sebaik yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. Ia mengajarkan adab yang bagus, karakter yang baik, watak yang indah, dan akhlak yang mulia.

 

Di dunia nyata, hampir selalu setiap masalah antar manusia yang ditemui, mayoritas berkisar yang tak jauh dari persoalan ini. Yaitu, adab, kesantunan, etika, kerendahatian, empati, surti, kepatutan, kepantasan, kesopanan, keberlimpahan, emotional quotient, meminta maaf dan memaafkan, dan respek.

 

Di kalangan professional expert, adab ini digolongkan pada satu kelompok dengan akhlak atau karakter. Sebanding dengan unity, amanah, konsep diri yang positif, jujur, dapat dipercaya, dan rendah hati,  

 

Sayang sekali semua itu kini seperti luntur dan kian melemah. Di ruang publik contohnya, kalau ada sesuatu yang kurang berkenan dan tak pantas, selalu saja pendekatannya adalah pendekatan formal dan legal. Publik dipertontonkan dengan drama saling lempar tanggung jawab, dan saling menyalahkan pihak-pihak terkait. Keduanya itu - saling lempar tanggungjawab dan menyalahkan - adalah bukti dari kacaunya mindset, leadership, system, dan kelembagaan. Seringkali kita temukan juga, para petinggi terkait yang harus bertanggungjawab atas sebuah kasus, selalu saja berlindung dibawah aturan formal ini dan itu. Padahal bila adab dikedepankan, maka keadilan dan kebenaran substantif jauh lebih mudah didapatkan dan diterapkan.  

 

Dengan kata lain, bila kita menggunakan pendekatan moral, semua masalah itu akan jadi jauh lebih sederhana, lebih jelas, dan lebih cepat selesainya. Contoh yang sangat jelas disini, adalah kasus tewasnya ratusan korban di Stadion Kanjuruhan Malang. Disisi lain, di event sebesar itu, risk manajemen sepertinya tidak dijalankan. Tak ada jaminan keselamatan maksimum bagi semua penonton.

 

Kasus Kanjuruhan misalnya, itu adalah sebuah potret kehidupan yang nyata. Dan disinilah, peran pendakwah -- dan guru-guru serta kaum pendidik -- harus juga ikut serta. Bahwa dalam kehidupan masyarakat, khususnya kaum muda, adab harus mendapat porsi perhatian yang pertama dan utama.

 

"Hampir saja adab menjadi dua pertiga ilmu", kata Abdullah bin al-Mubarok, atau yang bisa dikenal sebagai Ibnul Mubarok.  Seorang ahli fikih, ahli hadits yang punya sikap wara' atau hati-hati, dan terpercaya. 

 

Para pendakwah -- termasuk orang tua, guru dan pendidik -- mari kita hidupkan adab.  Sekali lagi, adab itu harus dihidupkan, ilmu harus dimuliakan, dan fitrah harus dijalankan dalam praktik kehidupan keseharian. Adab dulu, sebelum ilmu. Karakter, sebelum pinter. Orang beradab, pasti berilmu. Orang yang berilmu, belum tentu beradab.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun