Kopi adalah minuman favorit orang Indonesia. Popularitas kopi menjadikannya minuman paling populer belakangan ini. Saat nongkrong, orang biasa mengajak temannya dengan sebutan, "ayo ngopi". Padahal minumnya belum tentu kopi.
Popularitas kopi, tak bisa dilepaskan dari tradisi ngopi yang sudah berlangsung sejak dulu. Indonesia sendiri termasuk salah satu produsen kopi terbesar di dunia.Â
Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika serikat pada tahun 2020, Indonesia berada di peringkat keempat negara produsen kopi terbesar di dunia. Hanya kalah dari Brazil, Vietnam, dan Kolombia.
Luasnya perkebunan kopi di Indonesia plus banyaknya jenis kopi di Indonesia---baik arabika maupun robusta---sudah pasti berpengaruh terhadap tradisi ngopi di Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat aneka ragam cara menyeduh dan meracik kopi yang sudah berlangsung puluhan, bahkan ratusan tahun.
Salah satu racikan yang terbilang unik di Indonesia adalah kopi jahe. Nah, bagi Anda pecinta kopi, sudah pernah mencicipi secangkir kopi jahe? Bila belum, minuman ini wajib dicoba. Kopi jahe memang tidak sepopuler kopi susu atau kopi gula aren. Bahkan, saya yakin masih banyak orang belum pernah mencobanya. Tapi percayalah, sekali mencoba, Anda akan ketagihan.
Memang perlu usaha ekstra untuk mendapatkan kopi jahe. Sebab, tidak semua kedai atau kafe menyediakan kopi jahe. Minuman kopi jahe terbilang jarang ditawarkan. Hanya kedai atau kafe tertentu yang menyediakannya.
Minuman kopi jahe  memang tidak tersedia di semua wilayah di Indonesia. Daerah Jawa Bagian Timur seperti Jawa Timur dan beberapa daerah di timurnya seperti Madura dan Lombok adalah beberapa daerah yang biasa menyajikan kopi jahe untuk minuman harian dan masih biasa dinikmati di daerah tersebut.
Namun, tahukah Anda, bahwa varian kopi jahe juga pernah populer di Batavia atau Jakarta Tempo dulu? Kopi jaher pernah jadi salah satu kuliner Betawi yang populer pada abad ke-18.
Pada saat itu, banyak pedagang yang menggunakan perahu dan rakit menyusuri Kali Cisadane untuk membawa komoditi sebagian besar adalah rempah-rempah. Lokasi sandar transportasi sungai adalah Pelabuhan di Tepi Kali Angke.
Masyarakat di sekitar Kali Angke cenderung agamis dan memiliki kebiasaan merayakan pesta (khitanan, pernikahan) atau memperingati hari besar seperti Maulidan dan Khatam Alquran dengan menghidangkan berbagai jenis makanan dan minuman. Kopi Jahe menjadi salah satu minuman yang disajikan sebagai pelengkap sajian.