Mohon tunggu...
Agung Kresna Bayu
Agung Kresna Bayu Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni Fisipol UGM

Mengolah keseimbangan intelektual antara logika dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketahanan dan Alternatif Energi di Indonesia

16 Juli 2019   21:38 Diperbarui: 16 Juli 2019   21:49 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok Pribadi

Agung Kresna Bayu, Ali Hidayat F, A Aryo Lukisworo 

Sejak terjadinya krisis energi berbasis fossil fuel pada dekade 1970-an, persoalan energi alternatif menjadi wacana publik yang semakin dominan dan multi dimensional. Bukan saja aspek ekonomi, persolan energi alternatif juga berkaitan erat dengan aspek politik, sosial, dan budaya. Karena energi merupakan kebutuhan dasar manusia, maka terjadinya krisis energi praktis berdampak pada krisis multi dimensi. 

Mau tidak mau manusia dituntut semakin kreatif untuk mengagas dan menciptakan energi alternatif terbarukan. Sumber potensial dari daya kreatif itu tentu saja terletak dan tertumpu pada generasi muda sebagai penerus cucu-cicit kehidupan, tak terkecuali kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi selama ini kaum muda belum diletakkan sesuai dengan potensinya. 

Pandangan yang mengklaim kaum muda sebagai kelompok komsumtif, tidak produktif, belum dewasa, serta kebijakan negara yang tidak afirmatif menjadikan kaum muda hanya dipandang sebagai objek.

 Merujuk pada undang-undang kepemudaan nomor 40 tahun 2009, pemuda didefinisikan sebagai warga negara Indonesia dengan rentang usia 16-30 tahun, posisi pemuda menjadi semakin potensial saat mengaitkannya dengan terjadinya bonus demografi. 

Lonjakan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dapat menjadi toxic atau tonic, posisi pemuda sebagai salah satu elemen usia produktif menjadikannya sebagai aktor yang menempati posisi potensial. Akan tetapi terjadinya stigma dan kebijakan yang tidak afirmatif terhadap pemuda menjadi problematisasi awal menyoal diskursus pemuda dan ketahanan energi. 

Selama ini konsep pemuda dipandang sebagai generasi "antara", proses tersebut merupakan konstruksi secara biologis yang beranggapan terjadinya proses linieritas mulai dari anak-anak, pemuda, dan dewasa. 

Konstruksi tersebut berkorelasi dengan wacana lain seperti ekonomi dan sosial-budaya, yang mana secara ekonomi pemuda dilabeli sebagai keloimpok yang tidak produktif dan komsumtif, selanjutnya penegasan posisi pemuda dikontruksi oleh wacana sosial-budaya yang memandang pemuda sebagai kelompok yang belum cukuip dewasa. Multi-diskursus tersebut memproduksi pemuda pada pandangan patologis.

Tilikan tersebut menghantarkan penulis untuk melihat posisi dan peran pemuda dalam pengembangan energi terbarukan berupa biogas di Desa Poncosari, Kabupaten Bantul. 

Energi terbarukan memiliki dasar pengembangan dengan proses siklus atau pembaharuan, salah satu energi bersifat terbarukan yang dikembangkan adalah biogas. 

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta teknik pengumpulan data berupa studi literatur, observasi, dan wawancara. Tulisan ini bermuara pada pertanyaan, bagaimana peran pemuda dalam pengembangan energi terbarukan biogas di desa Poncosari sebagai basis diversifikasi energi untuk menjaga ketahanan dan keamanan energi nasional?

Desa Poncosari merupakan bagian dari wilayah administatif Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Dengan latar geografinya didominasi oleh wilayah pesisir, terdapat tiga pantai di sepanjang Poncosari yakni pantai Baru, Pandansimo, dan Kwaru. 

Akan tetapi dari ketiga pantai tersebut hanya pantai Baru yang dapat menarik banyak wisatawan. Sebab selain kondisi pantai yang bersih, di kawasan pantai Baru menjadi pusat pengembangan energi terbarukan berupa pembangkit listrik hibrid dan biogas. Desa Poncosari merupakan desa dengan label desa wisata berbasis energi terbarukan.

Upaya masyarakat setempat untuk mendapatakan sumber energi terbarukan sebagai proses diversifikasi serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fossil berujung pada pengembangan pembangkit listrik hibrid(pengambungan kincir angin dan panel surya) serta biogas.

Biogas merupakan pengembangan energi terbarukan yang bersumber pada kotoran, baik ternak maupun manusia, proses fermentasi menggunakan bakteri menjadi fase penting untuk mengubah limbah kotoran menjadi energi. 

Disamping mengurai limbah ternak, proses pembuatan biogas juga menghasilkan produk sampingan seperti pupuk dan pakan ternak. Pengembangan biogas di Desa Poncosari bermula dari inisiatif warga pada medio tahun 2012, kemudian usulan tersebut difasilitasi oleh kementrian lingkungan hidup dengan memberikan bantuan digester(alat tampung kotoran ternak). 

Melihat banyaknya hewan ternak(sapi) milik warga setempat serta limbah kotoran yang dihasilkan maka warga berinisiasi untuk mengembangkan energi biogas sebagai diversifikasi energi. 

Selain bertujuan pada diversifikasi energi pengembangan biogas juga memiliki kelanjutan sebagai pilar pendukung ekonomi warga, yang mana keberadaan biogas diharapkan dapat menjadi sumber energi untuk memasak bagi warung-warung di sepanjang kawasan pantai.

Pada awal tahun 2013 dilakukan uji coba pengembangan biogas, alhasil proses pengembangan tersebut dapat menjadi bahan bakar bagi kompor warung-warung warga di sepanjang pantai. Selanjutnya untuk proses perawatan pedagang diminta untuk membayar iuran sebesar 10.000 per bulan. 

Oleh karenanya melihat paparan diatas aspek energi juga berpengaruh pada ketahanan seacara luas, seperti ekonomi yang pada titik akhir berujung pada dimensi kesejahteraan. Selain peran aktif warga setempat yang tergabung pada kelompok tani ternak Pandang Mulyo, pengembangan energi biogas juga melibatkan pemuda yang tergabung dalam Pokja. 

Hal tersebut merupakan bagian dari transfer nilai antar generasi, agar kesinabungan pemeliharaan biogas dapat terus berjalan. Menyoal terkait peran pemuda sejatihnya kelompok pemuda Pokja memiliki multi peran dalam pengembangan biogas, sebab selain menjadi pemelihara pemuda setempat juga berperan dalam mengembangkan desa wisata edukatif berbasis sumber energi terbarukan. 

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Ilma Fatimah Yusuf, dkk (2016) mengenai peran pemuda dalam pengembangan eduwisata energi terbarukan dan implikasinya terhadap ketahanan ekonomi wilayah.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemberiaan kepercayaan terhadap pemuda merupakan bagian dari mengafirmasi mereka dalam mengembangkan potensinya. 

Melacak kebijakan kepemudaan di Indonesia, salama ini pemuda masih diposisikan sebagai objek serta didisplinkan dengan jargon pemuda sebagai harapan bangsa atau generasi penerus. 

Oleh karenanya tantangan awal untuk menyemai katahanan energi nasional dari perspektif kepemudaan adalah hadirnya negara untuk memberikan kebijakan afirmatif terhadap pemuda, memberlakukan pemuda sebagai agen yang potensial dan berposisi sebagai subjek.

Oleh karenanya solusi untuk ketahanan energi yang pertama adalah negara harus memberikan kebijakan yang afirmatif bagi pemuda. Sejalan dengan pengarusutamaan kementrian energi dan sumber daya, bahwa semenjak tahun 2011 adanya upaya untuk diversifikasi energi dari sumber daya terbarukan. 

Akan tetapi masih banyak dimensi yang menjadi penghambat, terkait ekonomi maka aspek pasar bebas masih mendekte arus pengembangan energi. 

Alhasil pengembangan energi terbarukan tidak berkesinambungan, karena yang mereka imani adalah akumulasi modal. Sehingga saat pengembangan energi tersebut tidak memberikan penghasilan maka energi tersebut akan ditanggalkan, hal tersebut berujung pada komodifikasi energi. 

Selanjutnya aspek jaring pengaman ekonomi dan sosial menjadi langkah yang dapat ditempuh dalam upaya diversifikasi energi. Dalam beberapa aspek keberlanjutan juga masih mendapat catatan kritis, yakni belum adanya sharing pengetahuan antar kelompok menjadikan ketergantungan terhdapa kelompok tertentu. 

Apalagi saat pemuda dipandang sebagai seseorang yang baru tumbuh serta masih belum potensial. Oleh karenanya dalam mengembangkan potonsi pemuda sebagai agent of change yang dapat menjadi penggerak pengembangan dan diversifikasi energi diperlukan kebijkan yang mengafirmatif pemuda dalam mengola potensi yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun