Mohon tunggu...
Agung Ismail
Agung Ismail Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Digital Bandung

ceria di manapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Bordir Tasikmalaya dalam Mempertahankan Budaya Masyarakat

9 Agustus 2023   14:56 Diperbarui: 9 Agustus 2023   14:58 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atas  dasar  tersebut,  mesti  adanya penelitian  yang  mendalam,  terintegrasi, dan  komprehensif  tentang  seni  bordir Tasikmalaya dilihat dari aspek estetik dan identitas,  guna  memosisikan  keberadaan budaya  Sunda  di  dalam  historiografi kultural, khususnya dalam konstelasi dunia perbordiran. Identitas kultural  Sunda, jika ditinjau  dari  terminologi  dan  estetik, diharapkan  mampu  termanifestasi  dalam seni bordir Tasikmalaya sebagai konstelasi estetik  dan  identitas  budaya  masyarakat Sunda di Priangan Timur pada  umumnya, dan di Tasikmalaya pada khususnya, karena bordir di Tasikmalaya ini yang paling diminati orang banyak baik lokal maupun global hingga mancanegara.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengungkap fakta, keadaan, dan feomena-fenomena  kultural  yang  terjadi  ketika penelitian  berlangsung,  dan  fakta-fakta tersebut  disajikan  apa  adanya  sehingga penelitian  ini  juga  merupakan  penelitian kualitatif yang disajikan secara  deskriptif. Data  deskriptif  adalah  data  yang  berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dimana yang jadi acuan dalam penilitan ini berupa fenomena yang sudah kadang orang lain tidak memafaatkannya dengan baik.

Selain  itu,  penelitian  ini  juga menggunakan  pendekatan  etnografi. Dinyatakan  bahwa etnografi merupakan satu di  antara istilah yang  merujuk  pada  penelitian  kualitatif. Etnografi  diartikan  sebagai  usaha mendeskripsikan  kebudayaan  dan  aspek-aspeknya dengan mempertimbangkan latar belakang permasalahan secara menyeluruh. Etnografi  sebagai  bentuk  penelitian memiliki  beberapa  karakteristik,  yaitu sebagai berikut: 

a. selalu  menekankan  pada  penggalian alamiah fenomena sosial yang khusus;
b. memiliki  data  yang  terstruktur  dan rancangan  penelitiannya  bersifat terbuka;  
c. dalam  melakukan  penelitian,  peneliti bertindak  sebagai  instrumen  yang berupaya  menggali  data  yang dibutuhkan  terkait  dengan  fokus penelitian;
d. kasus  yang  diteliti  cenderung  sedikit atau  bahkan  hanya  satu  kasus  yang kemudian dikaji secara mendalam;  
e. analisis data tentang makna dan fungsi perilaku  manusia  ditafsirkan  secara eksplisit  dalam  bentuk  deskripsi  dan penjelasan verbal;
f. etnografi  tidak  menggunakan  analisis statistik,  tetapi  tidak  berarti  menolak data yang berupa angka-angka.

Dengan  menggunakan  metode etnografi,  dapat  diungkapkan  fakta kebudayaan  masyarakat  di  Kabupaten Tasikmalaya. Kebudayaan  yang dimaksud dalam  penelitian  ini  adalah  kesenian tradisional  kerajinan  bordir  secara mendalam.  Analisis  data  dilakukan  sejak tahap  pengumpulan  data  dan  secara bertahap  terus  dilakukan  hingga  akhir penelitian.  Akhir  penelitian  ditentukan sepenuhnya  oleh  peneliti.  Hal  ini disebabkan oleh penelitian etnografi dapat mengungkapkan  hasil  penelitian kebudayaan  yang  sempurna  dan komprehensif.

Teknik  pengumpulan  data  dilakukan dengan  observasi  dan  depth  interview. Hasil  penelitian  berupa  sekumpulan informasi  dan  temuan  yang  disusun berdasarkan  fokus  penelitian, dikelompokkan,  dihubungkan  antara informasi  yang  satu  dengan  informasi lainnya, kemudian diberi pemaknaan.   Lokasi penelitian yaitu Tasikmalaya, khususnya  di  sentra-sentra  kerajinan bordir. Data dijaring menggunakan metode observasi,  yaitu  dengan  melakukan pengamatan  secara  langsung  ke  objek penelitian  untuk  melihat  dan  mengamati dari  dekat  kegiatan  dan  praktik  kultural. Selain  itu,  data  juga dijaring dengan cara melakukan pencatatan secara teliti, dan langsung datang ke lokasi penelitian yang  berkenaan dengan  produk kerajinan bordir di Tasikmalaya. Observasi juga  dilakukan  dengan mendatangi lokasi yang  menjadi  tempat  penelitian  dan mencari  sumber,  yaitu  untuk  mengetahui latar belakang keberadaan kerajinan bordir di  Tasikmalaya,  proses  pembuatannya, mengetahui tentang motif dan jenis, warna dan  produk  kerajinan  bordir  di Tasikmalaya.

Metode yang kami gunakan selanjutnya adalah metode studi literatur, yaitu metode dengan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan dan juga menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah Studi Literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian yang akan dijalankan, tentunya seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait objek yang akan diteliti. Jika tidak, maka dapat dipastikan dalam presentasi yang besar bahwa penelitian tersebut akan gagal.

Hasil dan Bahasan

Apa itu Bordir Tasikmalaya?

Bordir atau sulaman adalah hiasan yang dibuat di atas kain atau bahan-bahan lain dengan jarum jahit dan benang. Selain benang, hiasan untuk sulaman atau bordir dapat menggunakan bahan-bahan seperti potongan logam, mutiara, manik-manik, bulu burung, payet hingga ke sutra paris.

Menurut salah satu sumber, kerajinan bordir di Tasikmalaya pertama kali muncul pada tahun 1925 di Desa Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Perintisnya adalah seorang wanita bernama Hj. Umayah binti H. Musa yang pada tahun sebelumnya bekerja di perusahaan kebangsaan Amerika, Singer. Hj. Umayah, setelah menguasai bidang bordiran saat di Singer, ia keluar dan kembali ke Desa Tanjung, dan membuka usaha kecil-kecilan dengan menerima pesanan bordiran baik dari Tasikmalaya maupun daerah lain seperti Jakarta.

Setelah mempelajari bidang bordir saat bekerja di luar negeri, ia memutuskan keluar dan kembali ke kampung halamannya dan membuka usaha bordir. Ia juga membagikan ilmu tentang bordir yang ia miliki kepada tetangga dan keluarganya. Karena dinilai punya prospek yangmenjanjikan, setelah Hj. Umayah wafat, usaha ini diteruskan keluarganya antara lain, Rosad, H. Sarbeni, dan H. Zarkasie. Dari situlah ,usaha bordir berkembang cepat tidak hanya di Desa Kawalu saja, taetapi juga menyebar ke daerah lain, seperti Sukaraja, Tanjungjaya, Singaparna, Sukarame, Cibalong, Cikatomas, dan daerah lainnya. Setelah menyebar, perajin bordir tidak hanya menerima pesanan barang saja, tapi juga dikembangkan dengan cara dijual langsung diwilayah luar Tasikmalaya, seperti di Tanah Abang Jakarta, Tegal Gubuk, Cirebon, dan Solo serta Surabaya. Melalui para pengusaha itulah, nama bordir Tasik semakin terkenal. Apalagi setelah bordir merajai Pasar Tanah Abang.

Kerajinan bordir diwariskan secara turun-temurun. Perkembangan alat bordir pun semakin berkembang. Jika awalnya peralatan yang digunakan untuk membordir adalah pamidangan dan mesin jahit tradisional yang digerakkan dengan bantuan kaki yang harus di desain terlebih dahulu menggunakan desain tinta hitam atau putih supaya bisa melakukan bordiran dengan hasil yang bagus dan sempurna hingga bantuan mesin bordir yang hanya mendesain dan menunggu sesuai dengan waktu desainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun