Bagi K.R.T Sasmintadipura, melalui pembelajaran tari, seseorang tidak hanya memperoleh pendidikan fisik, namun juga spiritual. Pendidikan fisik tercermin dalam tata susila yang dipelajari melalui aturan-aturan tari yang ketat, sementara pendidikan spiritual atau batin diperoleh dari pelajaran tentang budi pekerti, cara berpikir, dan pandangan hidup yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Berdasarkan pemahaman ini, beliau memiliki tanggung jawab untuk memetri (menumbuhkan rasa memiliki dan keinginan untuk memahami), melestarikan (agar tradisi tetap hidup), serta mengembangkan tari dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang ada.Â
Pengabdiannya dalam dunia tari berakhir ketika Tuhan memanggilnya pada tanggal 26 April 1996. K.R.T Sasmintadipura berpesan untuk generasi selanjutnya melestarikan tari klasik gaya Yogyakarta. Hingga saat ini, karya-karyanya telah menjadi materi lomba tari di tingkat SLTP dan SLTA, sehingga turut menentukan standar pendidikan ekstrakurikuler tari di sekolah-sekolah. Keberhasilannya dalam mengembangkan seni tari di Yogyakarta, membuatnya meraih berbagai penghargaan, termasuk dari Pemerintah DIY, pemerintah pusat, Â Keraton Yogyakarta, Â Lembaga Kebudayaan Amerika, serta puluhan penghargaan lainnya dari berbagai lembaga. Â
Identifikasi dan Deskripsi Tanda Verbal dan Visual Pada Makam K.R.T. Sasmintadipura.
Â
Tanda VerbalÂ
Tanda Verbal pada Makam KRT Sasmintadipura terdapat pada papan nama batu nisan yang terpampang di bagian depan kijing, papan nama tersebut berbentuk trapesium mengikuti bentuk kijing dan berwarna putih kecoklatan serta berbahan dasar batu marmer.Â
Berikut adalah Tanda Verbal yang terdapat pada papan nama batu nisan KRT SasmintadipuraÂ